Menyambut Kedatangan Burung Migran

Liana Dee
3 min read
2023-10-30 23:54:10
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Perhimpunan Burung Indonesia berhasil mengidentifikasi 48 jenis burung pada saat melaksanakan kegiatan Bird Migratory Watch.

Kegiatan yang berlangsung pada 28-29 Oktober 2023 tersebut dilakukan pada dua lokasi, yaitu Muara Gembong dan Pegunungan Sanggabuana.

Dalam keterangan tertulis pada Senin (30/10/2023), Garda Animalia menerima daftar jenis burung yang terpantau oleh para pengamat burung tersebut.

Terdapat dua kategori besar burung yang berhasil diamati, yakni burung migrasi dan burung penetap. Salah satu burung migrasi yang terpantau di Muara Gembong adalah dara-laut sayap-putih (Chlidonias leucopterus).

Sementara, burung penetap yang teramati di Muara Gembong, dua di antaranya adalah blekok sawah (Ardeola speciosa) dan raja-udang biru (Alcedo coerulescens).

Tak hanya itu, selama perjalanan susur Sungai Citarum dan saat berada di Hutan Mangrove Muara Gembong, ada 27 jenis burung liar lainnya yang juga terlihat.

Bergeser ke Pegunungan Sanggabuana, para pengamat burung pun tampak bersemangat untuk menyaksikan proses migrasi raptor dari ketinggian.

Setelah menanjak sedikit dari tempat bermalam, para peserta akhirnya berhasil menemukan setidaknya 18 jenis burung dari Puncak Sempur, Minggu (29/10/2023).

Ada empat burung migran yang melintas dan teridentifikasi melalui teropong binokular. Beberapa di antaranya bahkan terdokumentasi dalam kamera para peserta.

Jenisnya, yaitu elang-alap cina (Accipiter soloensis), elang-alap nipon (Accipiter gularis), sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus), dan kirik-kirik laut (Merops philippinus).

Sisanya adalah jenis burung penetap, seperti elang brontok (Nisaetus cirrhatus), elang-ular bido (Spilornis cheela), bondol peking (Lonchura punctulata), dan lain-lain.

Tradisi Burung: Migrasi Setiap Tahun




Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia Ria Saryanthi mengungkapkan, kegiatan tersebut adalah salah satu cara Burung Indonesia untuk menyambut burung migrasi.

"Kami mempromosikan melalui media sosial 'Wah, ini ada tamu datang, lo! Dan ini merupakan fenomena alam yang unik," ujarnya saat wawancara bersama Garda Animalia.

Menurut perempuan yang akrab disapa Yanthi tersebut, semua orang belum tentu punya kesempatan untuk melihat fenomena alam yang unik tersebut.

Untuk mengampanyekan dan mengenalkan ragam fauna itu, Yanthi bersemangat mengajak orang yang belum tahu agar terlibat dan bergabung bersama mereka.

"Kami mengajak orang yang belum tahu untuk bergabung bersama Burung Indonesia untuk melakukan kegiatan itu," ungkapnya.

Diketahui, fenomena burung migrasi terjadi pada setiap tahun. Burung pemangsa atau raptor adalah salah satu spesies yang biasa bermigrasi.

Raptor mulai meninggalkan tempat asalnya pada musim gugur sekitar September hingga November. Lalu, kembali pada musim semi sekitar Maret hingga Mei di tahun berikutnya.

Konsep Bhuana Agung dan Bhuana Alit




Kegembiraan menyambut ribuan burung yang setiap tahun bermigrasi dari bumi bagian utara menuju selatan tersebut juga dirasakan oleh Dina Tantriani.

Salah seorang peserta asal Bali tersebut menuturkan, kegiatan ini membuat dirinya merefleksikan tentang keberadaan fauna yang selama ini tampak biasa saja.

"Selama ini, aku ngerasa menyia-nyiakan eksistensi burung—ya ngelihatnya sekadar lalu aja," ungkapnya melalui WhatsApp.

Namun, setelah kegiatan birdwatching, Dina merasa 'fauna yang sekadar lalu' itu menjadi bermakna dan tampak berbeda dari biasa yang dilihatnya.

"Sekarang mereka jadi punya nama," tuturnya dengan gembira.

Ia meyakini bahwa selama ini benar apa yang dibilang orang jika tak kenal, maka tak sayang. Kalimat itu seolah mewakili perasaannya yang kini mulai membuka diri untuk lebih dekat dengan fauna.

Bahkan, dalam agama Hindu, katanya, ada yang namanya Bhuana Agung (jagat besar, makrokosmos) dan Bhuana Alit (jagat kecil, mikrokosmos).

"Di agama Hindu—dan aku rasa beberapa kepercayaan lokal di Indonesia juga meyakini konsep serupa," ungkapnya.

Perempuan itu lalu menjelaskan, makrokosmos mengacu pada alam, sedangkan mikrokosmos pada diri manusia. Sejatinya, menurut Dina, ini bukan dualisme.

"Tapi justru menegaskan bahwa diri kita (manusia) adalah bagian yang saling terhubung dan enggak terpisahkan dari alam," ucapnya.

Sehingga, apapun yang diperbuat oleh manusia pasti bakal ada konsekuensinya pada alam. "Sebaliknya, secuil perubahan di alam, akan berpengaruh besar untuk kita," tandasnya.

Tags :
burung indonesia pegunungan sanggabuana burung migrasi fenomena alam muara gembong
Writer: Liana Dee
Pos Terbaru
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Berita
02/05/25
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Berita
02/05/25
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Berita
02/05/25
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Berita
30/04/25
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Berita
30/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Liputan Khusus
29/04/25
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Berita
29/04/25
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Berita
28/04/25
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Berita
28/04/25
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Berita
27/04/25
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Berita
26/04/25
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Berita
25/04/25
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Berita
25/04/25
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Berita
24/04/25
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Berita
24/04/25
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Berita
23/04/25
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Berita
22/04/25
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Berita
21/04/25
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Berita
18/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Berita
18/04/25