Berita

Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri

22 April 2025|By Hasbi
Featured image for Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri

Gardaanimalia.com - Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) diduga memangsa dua ekor kambing milik warga bernama Sutrisno di Desa Tundagan, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan.

Peristiwa ini terjadi dalam dua waktu berbeda, yakni Rabu (16/4/2025/) dan Jumat (18/4/2025) malam.

Macan tersebut diduga memanfaatkan celah di kandang, lalu naik ke atap untuk menyusup ke dalam.

Kemunculan satwa liar tersebut diduga disebabkan sang induk macan tutul tengah mengajari sang anak berburu.

“Dari pengalaman kemunculan macan tutul beberapa bulan lalu di Desa Gunungmanik, kami duga macan tutul yang muncul di Desa Tundagan ini adalah induk dan anak,” jelas Kepala BKSDA Cirebon Slamet Priambodo, mengutip RRI.

Desa Tundogan juga merupakan salah satu wilayah yang mencakup habitat sang kucing besar.

Habitat tersebut, menurut Slamet, melintasi wilayah Kecamatan Ciniru, Kecamatan Hantara hingga Kecamatan Cimenga.

Keresahan warga atas kemunculan macan tutul ini pun menjadi sorotan. Sebab konflik satwa dan manusia dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan perlu direspons serius.

Menanggapi hal ini, Kepala Resort KSDA Cirebon, Slamet, mengaku pihaknya masih belum dapat langsung ke lapangan, sebab masih fokus menjaga kawasan konservasi.

Namun, ia menyarankan warga melakukan pengusiran mandiri, seperti pada meronda malam hari dan anak-anak tidak keluar saat hari mulai gelap.

“Untuk sementara warga dapat menggunakan bunyi-bunyian seperti kentongan atau mercon untuk mengusir macan,” jelasnya Minggu (20/4/2025).

Ia menjelaskan pengusiran tersebut jika tidak berhasil, perlu metode lanjutan. Yakni, menempatkan kotoran singa atau harimau di sekitar lokasi kemunculan yang diyakini akan cukup efektif.

Sedangkan menurut Penjabat (Pj) Bupati Kuningan Raden Iip Hidajat mengutip Kompas, kemunculan macan tutul ini perlu dilakukan tindakan penangkapan agar masyarakat merasa tenang.

“Secara teknisnya mungkin petugas BKSDA lebih paham. Namun, setahu saya ada dua metode penangkapan yang bisa dilakukan, antara lain bisa dijebak atau tembak bius jika susah ditangkap,” jelasnya.

Ia melanjutkan, usai evakuasi satwa dapat diserahkan kepada BKSDA atau dimasukkan ke kandang.

Akan tetapi, pasca-konflik dengan manusia, satwa dilindungi ini acapkali bernasib tidak jelas.

Setelah malang melintang melalui ‘batas administrasi negara’ untuk mencari makanan, nasibnya bisa terkatung-katung di kandang rehabilitasi atau lembaga konservasi.

Jika mujur, satwa penghuni sisa hutan jawa ini bisa kembali ke habitat–dengan menunggu sederetan seremonial persiapan pelepasliaran yang dilakukan pemerintah.

Hidup Kucing Besar di Hutan yang Tercecer

Konflik antara macan tutul jawa dan manusia berulang kali terjadi. Sebagai predator puncak tersisa yang ada di Pulau Jawa, ia memiliki risiko tinggi mendekati kepunahan.

Dalam wawancara dengan Mongabay, Peneliti Macan Tutul Jawa Hariyo Wibisono mengatakan bahwa konflik yang terjadi dan hilangnya habitat menyebabkan sang kucing besar semakin sedikit keberadaannya di alam.

“Sekitar 3,2 dan 1,3 macan tutul per tahun berkonflik dengan manusia dan perdagangan ilegal satwa liar selama 13 tahun terakhir. Penelitian menyebut bahwa bagian tubuh macan tutul jawa telah masuk jaringan perdagangan internasional,” jelas Hariyo.

Kesadaran publik juga perlu diintensifkan dalam konflik satwa dan manusia. Sebab setelah harimau jawa dinyatakan punah, macan tutul jawa menjadi kucing besar tersisa dalam kondisi kritis.

“Perannya amat penting dalam menyeimbangkan ekosistem. Masyarakat yang tinggal di Jawa harus melestarikan macan tutul untuk memastikan ekosistem hutan yang tersisa, sehat untuk kehidupan manusia,” kata dia.

Dalam konteks konflik macan tutul dan manusia, hal tersebut terjadi disebabkan habitat macan yang kecil dan terisolasi, dengan daya jelajah luas.

Macan tutul sangat tahan terhadap modifikasi lahan yang digunakan manusia. Akibatnya tak jarang macan tutul mencari mangsa di luar hutan jika makanan sudah habis.

“Konflik yang paling umum adalah ketakutan masyarakat setempat ketika menyaksikan macan tutul melintasi kebun. Dalam situasi tersebut, masyarakat sering memasang jebakan untuk menangkapnya,” jelas dia.

Hasbi

Hasbi

Belum ada deskripsi

Related Articles