Wajib Tahu! 13 Jenis Biawak Dilindungi di Indonesia

Gardaanimalia.com - Tren perdagangan reptil sebagai satwa peliharaan semakin marak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Salah satu jenis reptil yang banyak diperdagangkan dan dipelihara adalah kadal atau biawak, dan ada yang termasuk hewan langka dan terancam punah.
Biawak termasuk ke dalam jenis kadal besar yang biasanya hidup tidak jauh dari kawasan perairan, seperti sungai, danau, rawa dan gorong-gorong. Beberapa jenis biawak sering dianggap sebagai hama karena mencuri ternak warga, seperti Biawak air (Varanus salvator) yang banyak hidup dekat dengan pemukiman.
Meskipun tidak lazim dipelihara, namun memelihara biawak cukup digemari oleh para pecinta reptil. Sayangnya, masih banyak penghobi yang tidak tahu jenis-jenis biawak mana saja yang boleh dipelihara maupun yang tidak boleh dipelihara.
Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa jenis biawak yang populasinya makin rentan karena perburuan dan perdagangan. Jenis-jenis biawak ini kemudian terdaftar dengan status dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P106 Tahun 2018 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Berikut beberapa jenis biawak yang dilindungi Peraturan tersebut:
1. Biawak rote (Varanus auffenbergi)
Jenis biawak ini dikenal juga dengan monitor merak atau The peacock monitor yang merupakan spesies biawak asli dari Pulau Rote. Jenis ini masuk ke dalam jenis biawak berukuran kecil dengan panjang tubuh rata-rata mencapai 60 cm. Secara perawakan, Biawak rote menyerupai jenis Biawak timor (V. timorensis), hanya terdapat sedikit perbedaan pada warna dan corak tubuhnya, corak pada Biawak rote memiliki warna semu biru keabuan, sementara pada Biawak timor memiliki warna krem.
Biawak ini masuk dalam kategori Appendix II Convention International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), yang berarti daftar spesies yang dapat terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
2. Biawak aru (Varanus becarii)
Biawak aru atau dalam bahasa lokal dikenal dengan waweyaro merupakan biawak endemik Kepulauan Aru, Maluku. Jenis biawak ini memiliki ukuran yang relatif kecil dengan panjang tubuh sekitar 90-120 cm dan warna tubuh hitam. Ekornya yang panjang dengan bentuk melingkar menjadi salah satu ciri unik dan khas dari Biawak aru. Panjang dan bentuk ekornya membantu Biawak ini untuk menstabilkan diri saat memanjat di cabang pohon.
Biawak ini masuk dalam kategori Appendix II CITES.
3. Biawak waigeo (Varanus boehmeii)
Biawak waigeo merupakan jenis kadal endemik di Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua. Biawak ini memiliki warna tubuh abu kehitaman dengan bintik kuning di sekujur tubuhnya. Ukuran tubuhnya relatif sedang dengan panjang tubuh antara 90 - 105 cm saat dewasa. Biawak waigeo merupakan satwa arboreal, yang menghabiskan waktu hidupnya di atas pohon.
Biawak ini masuk dalam kategori Appendix II CITES.
4. Biawak maluku (Varanus indicus)
Biawak maluku atau Biawak mangrove memiliki penyebaran yang luas mulai dari Maluku hingga ke Papua Nugini, Pulau Solomon di Samudra Pasifik dan pantai Australia bagian Utara. Biawak ini memiliki ukuran sedang dan dapat tumbuh hingga mencapai panjang 110-120 cm. Biawak ini memiliki warna tubuh Coklat gelap dengan bintik kuning berukuran kecil yang menyebar di sekujur tubuhnya. Salah satu ciri khas unik dari Biawak ini yaitu warna lidahnya yang berwarna ungu tua dan gigi yang bergerigi.
Biawak maluku berstatus Resiko rendah atau Least Concern (LC) dalam daftar merah International Union Conservation Nature (IUCN) juga masuk dalam kategori Appendix II CITES.
5. Biawak komodo (Varanus komodoensis)
Biawak komodo merupakan jenis kadal besar yang terdapat di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ukuran Biawak ini sangat besar dengan panjang tubuh mencapai 3 meter dan mencapai berat hingga 70 kg saat dewasa. Dengan ukurannya yang besar, Biawak komodo menjadi spesies kunci (Key species) yang sangat mempengaruhi ekosistem habitatnya. Biawak dilindungi ini juga disebut dengan nama setempat ora oleh penduduk asli Pulau komodo. Ciri khas unik dari Biawak komodo adalah gigitan beracun yang dapat membunuh satwa buruannya, seperti Kerbau. Biawak sangat agresif, dan dapat berlari kencang (20 km/jam) sehingga cukup berbahaya bagi manusia yang tinggal di sekitarnya.
Biawak komodo berstatus Rentan atau Vulnerable (VU) dalam daftar merah IUCN juga masuk dalam kategori Appendix I CITES.
6. Biawak banggai (Varanus melinus)
Biawak banggai merupakan jenis kadal endemik dari Kepulauan Sula dan Obi, Maluku Utara. Kadal ini memiliki ukuran relatif kecil dengan panjang tubuh hanya mencapai 1 meter dengan warna tubuh kuning-hitam dihiasi corak bulat kuning. Biawak ini memiliki kemampuan berenang dan menyelam untuk menangkap mangsanya seperti ikan kecil dan kepiting. Warna tubuhnya yang atraktif mengancam populasinya di habitat aslinya karena perburuan dan perdagangan satwa ilegal.
7. Biawak abu-abu (Varanus nebulosus)
Biawak abu-abu adalah jenis kadal yang tersebar luas di Jawa, Sumatra, Malaysia, Singapura, Burma, Thailand dan wilayah Indocina. Jenis Biawak ini berukuran sedang dengan panjang tubuh dapat mencapai 150 cm. Kadang biawak ini ditemukan di atas pohon dan merupakan pemanjat pohon yang luar biasa. Penampilan biawak ini mirip dengan Biawak air hanya dibedakan oleh posisi lubang hidung yang terletak di tengah-tengah antara mata dan moncong.
8. Biawak coklat (Varanus panoptes)
9. Biawak hijau (Varanus prasinus)
Biawak hijau adalah biawak yang tersebar di hutan dataran rendah Papua hingga ke Selat Torres. Biawak ini memiliki warna tubuh yang atraktif, dengan warna hijau, hijau zamrud hingga biru pirus dihiasi garis hitam yang melintang di punggungnya. Warna tubuh ini berguna untuk menyamarkan keberadaan Biawak di habitatnya. Sama dengan biawak waigeo, biawak jenis ini juga merupakan satwa arboreal. Biawak ini berukuran sedang, dengan panjang tubuh 80-110 cm saat dewasa.
Biawak hijau berstatus Resiko rendah atau Least Concern (LC) dalam daftar merah IUCN juga masuk dalam kategori Appendix II CITES.
10. Biawak Misool (Varanus reisingeri)
Biawak misool merupakan jenis kadal endemik dari Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat. Biawak arboreal ini memiliki warna dasar kuning cerah dengan garis hitam melintang di sepanjang punggungnya dan moncong yang berwarna nyaris putih. Pada bagian perutnya berwarna putih, kadang-kadang berwarna semu merah muda. Biawak ini berukuran kecil dengan panjang tubuh 80-95 cm.
11. Biawak kerdil (Varanus similis)
Biawak kerdil merupakan jenis kadal yang tersebar di wilayah Papua Selatan, Papua Nugini dan Australia bagian Utara. Jenis biawak ini termasuk dalam kelompok odatria dan memiliki kemiripan dengan Biawak timor (V. timorensis) dari bercak dan warna tubuhnya. Namanya berasal dari kata Latin similis = mirip. Setelah sempat menjadi bagian dari beberapa spesies lain (Varanus timorensis, Varanus scalaris) Varanus similis akhirnya dipisah menjadi spesies yang berbeda. Biawak ini memiliki ukuran yang relatif kecil dengan panjang tubuh antara 45–52 cm saat dewasa.
12. Biawak timor (Varanus timorensis)
Biawak timor adalah jenis biawak kecil yang terdapat di pulau Timor, Semau, Sabu, Rote dan di Timor Timur. Biawak pemakan serangga ini, hidup di daratan dan pepohonan. Biawak arboreal ini memiliki warna dasar coklat kehijauan dengan corak bulat-bulat kuning berukuran kecil. Ukuran tubuh biawak ini mencapai 60 cm dengan berat 100 - 350 gram.
13. Biawak togian (Varanus togianus)

TNI AL Gagalkan Upaya Penyelundupan Satwa Liar di Selat Malaka
05/03/25
Kelana Sanggabuana, Memantau Burung Migrasi dari Utara Bumi
31/10/24
2 WN Thailand Diringkus di Krabi, Usai Selundupkan Satwa dari Indonesia
20/09/24
Beruang Madu Pincang Muncul di Permukiman, BBKSDA Riau Pasang Perangkap!
17/09/24
Ratusan Satwa Liar Diamankan di Perbatasan Papua Nugini
10/07/24
Orang Dalam Diduga Bantu Perburuan Badak Jawa
06/07/24
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet

Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan

Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah

Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil

Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari

Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!

Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni

Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri

Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran

Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres

Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
