Gardaanimalia.com - Sempat membuat warga resah karena berkeliaran di permukiman, seekor macan tutul jawa (Panthera pardus melas) berhasil dievakuasi oleh tim gabungan pada 27 Maret 2025.
Kini macan tutul dengan corak macan kumbang itu menjalani observasi perilaku dan cek kesehatan di Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor.
Hasil pemeriksaan kesehatan diungkapkan oleh Kepala Medis Satwa TSI drh. Bongot Huaso Mulia dalam acara Foksi (Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia) di TSI pada 16 April 2025.
“Sewaktu pertama kali lihat, matanya berbinar, respons terhadap cahaya bagus. Tidak ditemukan tanda-tanda kelainan pada mata, telinga, juga sistem pencernaan dari pemeriksaan luar,” ungkap drh. Bongot, melansir Kompas.
Proses pemeriksaan fisik menyeluruh juga dilakukan, termasuk morfologi tubuh, USG organ dalam, pemeriksaan darah serta citra.
Berdasarkan hasil pemeriksaan morfologi, macan tutul berusia sekitar tiga tahun dilihat dari gigi susu yang menghilang serta menguningnya gigi.
“Tidak ada tanda-tanda trauma atau benturan, giginya cukup rapi, kebotakan di kepala yang biasanya muncul saat satwa stres juga tidak muncul,” ucap drh. Bongot.
Macan tutul seberat 20 kilogram tersebut juga tidak menunjukkan sedang dalam masa reproduksi, ditandai dengan putingnya kecil, belum aktif. Artinya, ia belum dalam fase menyusui atau melahirkan.
Akan tetapi, tim medis menemukan indikasi infeksi non-traumatik saluran pernapasan bagian kiri, 30 sentimeter dari rongga pernapasan.
“Tanda peradangan dan lendir juga ditemukan pada area tersebut. Namun, infeksi tidak menyeluruh, tidak ditemukan pembengkakan dan kerusakan pada organ lainnya,” lanjutnya.
Terkait indikasi infeksi itu, Anindito, selaku tim medis TSI menjelaskan pada Garda Animalia bahwa kemungkinan ada infeksi dari virus.
"Kita suspect dia terkena Distemper Virus. Virus ini bisa menular dari cairan, feses, atau urin dari hewan lain yang menderita penyakit yang sama,” jelasnya, Rabu (11/06/25). Namun, timnya masih melakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah benar satwa itu terinfeksi virus atau tidak.
Permukiman yang Dekat dengan Habitat
Kemunculan satwa liar di permukiman terjadi karena faktor lokasi perkampungan yang berbatasan dengan kawasan hutan lindung Cagar Alam Gunung Tukung Gede.
“Konflik antara macan tutul dan warga telah berlangsung lama, kami bersama masyarakat, Babinsa, Formata, Bhabinkamtibnas hingga aparat desa terus berupaya” kata Kepala BKSDA Jawa Barat Agus Arianto dalam acara FOKSI.
Dalam menangani kemunculan macan tutul ini, tim sempat berupaya memasang camera trap, pengamatan wilayah hingga penggiringan macan tutul kembali ke hutan, tetapi belum berhasil.
Tim akhirnya memasang perangkap, macan tutul tersebut berhasil masuk kandang dan dievakuasi ke TSI Bogor.