Berita

BKSDA Jambi Pasang Gips untuk Harimau yang Terjerat di Jambi

27 Mei 2025|By Awsita
Featured image for BKSDA Jambi Pasang Gips untuk Harimau yang Terjerat di Jambi

Gardaanimalia.com - Pasca-mengalami luka akibat jerat, harimau sumatera dirawat secara intensif oleh tim dokter Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi. 

Dilansir dari Antara, pemasangan cast atau gips telah dilakukan pada Senin (26/5/2025).

"Hari ini tim dokter sedang bekerja melakukan tindakan medis terhadap harimau sumatera jenis kelamin jantan berusia sekitar enam tahun yang dievakuasi pada 13 Mei lalu akibat jerat," terang Kepala BKSDA Jambi, Agung Nugroho, Senin (26/5/2025).

Pemasangan gips dilakukan dengan membungkus bagian kaki harimau yang terluka guna membantu proses penyembuhan.

Tindakan ini memerlukan perawatan setiap sepuluh hari sekali disertai dengan evaluasi perkembangannya.

Sebelumnya, seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) terkena jerat di dalam kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Bungo Pandan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Masumai, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.

“Kondisi saat ini tulang telapak kaki kiri depan sudah mengalami pembusukan. Dua ujung jari rusak dan saat ini masih dirawat di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) milik BKSDA Jambi,” jelasnya.

Satwa ini diperkirakan sudah terkena jerat selama 3 sampai 4 hari sampai akhirnya dievakuasi sehingga menderita luka cukup serius dan mengalami infeksi.

Usai dibius, satwa diangkut ke tempat perawatan dengan kondisi sedang mengalami demam tinggi. 

Sebelumnya, Agung menjelaskan bahwa lilitan jerat sampai menembus tulang kaki sebelah kiri bagian depan. Akibatnya, aliran darah berhenti dan jari-jari satwa itu putus.

Selain pemasangan gips, tim medis telah melakukan pemeriksaan pada satwa, di antaranya pengambilan sampel darah, feses, swab, dan DNA.

Tidak hanya itu, Penghuni Rimba berbobot 75 kilogram ini juga diberi antibiotik, antiinflamasi suportif, dan penambahan elektrolit. 

Setelah diperiksa, harimau sumatera yang tidak berdaya ini mengalami nekrosa (kematian jaringan hidup) berat, beberapa tendon putus, dan beberapa tulang digiti yang tidak berfungsi. 

Beruntung, Agung menyebutkan bahwa Sang Loreng masih liar dan agresif.

Harimau sumatera merupakan hewan yang agresif. Menurut penelitian Yultisman et al. (2019) mengemukakan bahwa harimau betina lebih agresif dalam bergerak dibandingkan harimau jantan.

Agresif menjadi sifat alamiah satwa liar satu ini karena naluri berburu. Meskipun disebut predator, hewan ini tidak berkutik saat terkena jerat.

Ia juga merupakan salah satu satwa yang dilindungi. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkannya ke dalam critically endangered (CR), status terancam punah paling tinggi.

Penggunaan alat jerat termasuk praktik perburuan liar dan melanggar hukum.

Harimau sumatera menjadi predator puncak yang memiliki peran menjaga keseimbangan ekosistem.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ratmono dan Dita (2021) menyatakan bahwa populasi harimau sumatera yang menurun membuat hewan buruan semakin melonjak sehingga melebihi status normal, akibatnya keseimbangan ekosistem rusak.

Awsita

Awsita

Belum ada deskripsi

Related Articles