Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Gardaanimalia.com - Pernahkah anda terpikir apa yang terjadi jika macan tutul, raja hutan di Pulau Jawa, punah? Apakah hutan akan jadi semakin sunyi atau justru semakin ramai?
Bukan tidak mungkin hilangnya predator ini membuat jenis-jenis mangsanya, seperti babi dan monyet ekor panjang (MEP), kerap masuk ke permukiman dan kebun.
Sebab tidak ada lagi predator, populasi satwa mangsa atau prey meledak. Akibatnya, hutan sudah tak mampu menyediakan makanan dan mereka turun ke permukiman.
Direktur Yayasan SINTAS Hariyo T. Wibisono menyampaikan bahwa setelah harimau jawa punah, macan tutul jawa menjadi predator puncak utama yang tersisa di Pulau Jawa.
Oleh karena itu, satwa ini memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan di Pulau Jawa. Punahnya macan tutul jawa tentu akan berpengaruh ke keseimbangan seluruh ekosistem.
Sejak Februari 2024 lalu, Yayasan SINTAS berkolaborasi dengan Kementerian Kehutanan menggelar survei populasi macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Survei ini memanfaatkan teknologi kamera pengintai (camera trap) dan ditujukan untuk mengetahui status populasi macan tutul jawa di seluruh habitat yang tersisa di Pulau Jawa.
“Java-Wide Leopard Survey (JWLS) lahir atas inisiasi Kementerian Kehutanan, Yayasan SINTAS, dan PT Djarum untuk mendukung upaya konservasi macan tutul jawa se-Pulau Jawa, sebagai bagian dari upaya menyediakan data dasar bagi kajian kesintasan populasi macan tutul jawa (Population Viability Analysis) dan pembaruan dokumen SRAK (Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa),” ujar Hariyo ketika saya hubungi lewat WhatsApp, Kamis (20/3/2025).
JWLS adalah upaya kolaboratif pertama untuk survei dan konservasi macan tutul jawa skala pulau, antara pemerintah selaku pemangku kawasan dan otoritas kebijakan, serta Yayasan SINTAS Indonesia selaku project leader.
Selain itu, terdapat juga mitra swasta selaku donor dan mitra organisasi lokal selaku pelaku utama di tingkat tapak.
Inisiatif JWLS ini diharapkan dapat menjadi model pengelolaan satwa liar dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumberdaya nasional di Indonesia.
Sebanyak 350 Individu di 29 Petak Habitat Tersisa
Saat ini, macan tutul jawa tersebar terutama di 29 petak habitat tersisa. Dengan perkiraan ukuran populasi kurang lebih 350 individu dewasa di alam, populasi macan tutul jawa diduga terus mengalami penyusutan dalam kurun waktu dua dekade terakhir, terutama akibat fragmentasi habitat.
Dari 29 petak ini, 8 di antaranya telah memiliki data monitoring. Sehingga, fokus JWLS saat ini ialah di petak habitat yang belum memiliki data dasar populasi macan tutul jawa.
Dari 21 bentang alam target pada JWLS, survei kamera pengintai telah selesai dilaksanakan di 7 bentang alam dan telah terpasang di 4 bentang alam lainnya.
Dari kamera pengintai, tim pengelola data JWLS telah berhasil mengidentifikasi sebanyak 34 individu macan tutul jawa, terdiri dari 11 jantan dan 23 betina.
Dari keseluruhan individu yang teridentifikasi, 12 di antaranya adalah macan kumbang, sedangkan sisanya adalah macan tutul.
Macan kumbang adalah macan tutul jawa yang mengalami melanisme, yaitu mutasi genetik yang menyebabkan produksi melanin berlebihan. Kelebihan melanin membuat rambut macan tutul berwarna lebih gelap, bahkan bisa sangat pekat. Dalam kadar tertentu, pola totol di tubuh satwa ini masih tampak meskipun warna bulunya hitam.
Sementara itu, hasil analisa genetika yang dilakukan di Laboratorium Analisis Genetik Satwa Liar Universitas Gajah Mada (UGM) telah berhasil mengidentifikasi 70 sampel kotoran milik macan tutul jawa, terdiri dari 37 jantan dan 18 betina. Sementara, 15 sampel sisanya masih dalam proses analisa.
Melindungi Habitat untuk Menjaga Spesies
Untuk menjaga keberadaan macan tutul, sekaligus melakukan mitigasi untuk mencegah konflik macan tutul dengan manusia seperti harimau di Sumatra, Hariyo mengatakan hal itu terkait dengan melindungi dan memulihkan hutan sebagai habitat utama macan tutul jawa.
Fragmentasi habitat macan tutul jawa dapat membuat mereka semakin dekat dengan manusia. Karena itu penting untuk meningkatkan perlindungan habitat macan tutul jawa.
Seperti dikutip dari Mongabay, sebelum tahun 2000, Pulau Jawa telah kehilangan sebagian besar hutan alamnya. Hanya 23 persen dari pulau yang berhutan. Selanjutnya, antara 2000 dan 2017, Pulau Jawa kehilangan hampir 70 persen hutannya.
Deforestasi tertinggi terjadi antara 2000 dan 2013 dengan angka kehilangan hutan 65 persen atau hampir 5 persen per tahun. Penyebab utamanya adalah pembangunan infrastruktur dan pertanian.
Setelah periode tersebut, tutupan hutan di Jawa relatif stabil dengan hanya 1 persen kehilangan hutan per tahun.
Penyadartahuan melalui media sosial dapat turut membantu dalam menyebarkan informasi terkait pentingnya macan tutul jawa serta upaya konservasinya ke masyarakat yang lebih luas.
Selain itu, memperkuat kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, LSM, dan akademisi akan memperkuat koordinasi dalam upaya konservasi macan tutul jawa.
“Patroli yang dilakukan secara rutin dapat dilakukan untuk mencegah perburuan liar dan memantau keberadaan macan tutul jawa. Pemasangan kandang ternak yang aman dapat mencegah ternak agar tidak mudah diserang, terlebih di malam hari,” kata Hariyo.
Mitigasi konflik juga dapat dilakukan melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal berbatasan langsung dengan habitat macan tutul jawa dan masih mengandalkan hutan sebagai sumber perekonomian.
Perjalanan Panjang Pengamatan Macan Tutul Jawa
Sebelum ada JWLS, Yayasan SINTAS juga konsen mengamati macan tutul, seperti melakukan survei kamera pengintai di Gunung Muria dan Taman Nasional Meru Betiri.
Kedua proyek ini juga masih terus berjalan hingga saat ini. Yayasan SINTAS juga memberikan dukungan teknis secara sukarela kepada Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Gunung Ciremai dalam rangka penguatan upaya konservasi macan tutul jawa.
Dalam lima tahun terakhir, personel Yayasan SINTAS Indonesia juga cukup aktif dalam mempromosikan nilai-nilai penting macan tutul jawa dalam upaya konservasi satwa liar dan habitatnya di Pulau Jawa melalui berbagai media penyadartahuan dan publikasi, baik ilmiah maupun populer.
“Adapun kendala dalam upaya konservasi macan tutul jawa, yang kami alami sejauh ini mencakup aksesibilitas, koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi sumber daya dan pendanaan untuk upaya jangka panjang, serta masih adanya gangguan kawasan yang terkadang menyebabkan hilangnya kamera pengintai,” pungkasnya.

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
29/04/25
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
22/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
16/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana
15/04/25
Jejak Karnivor Besar Terlacak di Gua dan Lokasi Konflik
07/06/24
Masih Muda, Macan Tutul Jawa Terekam di Hutan Sanggabuana
21/06/23
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet

Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan

Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah

Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil

Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari

Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!

Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni

Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri

Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran

Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres

Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
