Liputan Khusus

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

29 April 2025|By Irvan Sjafari
Featured image for Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Gardaanimalia.com - Pernahkah anda terpikir apa yang terjadi jika macan tutul, raja hutan di Pulau Jawa, punah? Apakah hutan akan jadi semakin sunyi atau justru semakin ramai?

Bukan tidak mungkin hilangnya predator ini membuat jenis-jenis mangsanya, seperti babi dan monyet ekor panjang (MEP), kerap masuk ke permukiman dan kebun.  

Sebab tidak ada lagi predator, populasi satwa mangsa atau prey meledak. Akibatnya, hutan sudah tak mampu menyediakan makanan dan mereka turun ke permukiman. 

Direktur Yayasan SINTAS Hariyo T. Wibisono menyampaikan bahwa setelah harimau jawa punah, macan tutul jawa menjadi predator puncak utama yang tersisa di Pulau Jawa.

Oleh karena itu, satwa ini memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan di Pulau Jawa. Punahnya macan tutul jawa tentu akan berpengaruh ke keseimbangan seluruh ekosistem.

Sejak Februari 2024 lalu, Yayasan SINTAS berkolaborasi dengan Kementerian Kehutanan menggelar survei populasi macan tutul jawa (Panthera pardus melas).

Survei ini memanfaatkan teknologi kamera pengintai (camera trap) dan ditujukan untuk mengetahui status populasi macan tutul jawa di seluruh habitat yang tersisa di Pulau Jawa. 

“Java-Wide Leopard Survey (JWLS) lahir atas inisiasi Kementerian Kehutanan, Yayasan SINTAS, dan PT Djarum untuk mendukung upaya konservasi macan tutul jawa se-Pulau Jawa, sebagai bagian dari upaya menyediakan data dasar bagi kajian kesintasan populasi macan tutul jawa (Population Viability Analysis) dan pembaruan dokumen SRAK (Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa),” ujar Hariyo ketika saya hubungi lewat WhatsApp, Kamis (20/3/2025). 

JWLS adalah upaya kolaboratif pertama untuk survei dan konservasi macan tutul jawa skala pulau, antara pemerintah selaku pemangku kawasan dan otoritas kebijakan, serta Yayasan SINTAS Indonesia selaku project leader

Selain itu, terdapat juga mitra swasta selaku donor dan mitra organisasi lokal selaku pelaku utama di tingkat tapak.

Inisiatif JWLS ini diharapkan dapat menjadi model pengelolaan satwa liar dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumberdaya nasional di Indonesia.

Sebanyak 350 Individu di 29 Petak Habitat Tersisa

Saat ini, macan tutul jawa tersebar terutama di 29 petak habitat tersisa. Dengan perkiraan ukuran populasi kurang lebih 350 individu dewasa di alam, populasi macan tutul jawa diduga terus mengalami penyusutan dalam kurun waktu dua dekade terakhir, terutama akibat fragmentasi habitat. 

Dari 29 petak ini, 8 di antaranya telah memiliki data monitoring. Sehingga, fokus JWLS saat ini ialah di petak habitat yang belum memiliki data dasar populasi macan tutul jawa.

Dari 21 bentang alam target pada JWLS, survei kamera pengintai telah selesai dilaksanakan di 7 bentang alam dan telah terpasang di 4 bentang alam lainnya. 

Dari kamera pengintai, tim pengelola data JWLS telah berhasil mengidentifikasi sebanyak 34 individu macan tutul jawa, terdiri dari 11 jantan dan 23 betina.

Dari keseluruhan individu yang teridentifikasi, 12 di antaranya adalah macan kumbang, sedangkan sisanya adalah macan tutul. 

Macan kumbang adalah macan tutul jawa yang mengalami melanisme, yaitu mutasi genetik yang menyebabkan produksi melanin berlebihan. Kelebihan melanin membuat rambut macan tutul berwarna lebih gelap, bahkan bisa sangat pekat. Dalam kadar tertentu, pola totol di tubuh satwa ini masih tampak meskipun warna bulunya hitam.

Sementara itu, hasil analisa genetika yang dilakukan di Laboratorium Analisis Genetik Satwa Liar Universitas Gajah Mada (UGM) telah berhasil mengidentifikasi 70 sampel kotoran milik macan tutul jawa, terdiri dari 37 jantan dan 18 betina. Sementara, 15 sampel sisanya masih dalam proses analisa.

Melindungi Habitat untuk Menjaga Spesies

Untuk menjaga keberadaan macan tutul, sekaligus melakukan mitigasi untuk mencegah konflik macan tutul dengan manusia seperti harimau di Sumatra, Hariyo mengatakan hal itu terkait dengan melindungi dan memulihkan hutan sebagai habitat utama macan tutul jawa. 

Fragmentasi habitat macan tutul jawa dapat membuat mereka semakin dekat dengan manusia. Karena itu penting untuk meningkatkan perlindungan habitat macan tutul jawa.  

Seperti dikutip dari Mongabay, sebelum tahun 2000, Pulau Jawa telah kehilangan sebagian besar hutan alamnya. Hanya 23 persen dari pulau yang berhutan. Selanjutnya, antara 2000 dan 2017, Pulau Jawa kehilangan hampir 70 persen hutannya. 

Deforestasi tertinggi terjadi antara 2000 dan 2013 dengan angka kehilangan hutan 65 persen atau hampir 5 persen per tahun. Penyebab utamanya adalah pembangunan infrastruktur dan pertanian.

Setelah periode tersebut, tutupan hutan di Jawa relatif stabil dengan hanya 1 persen kehilangan hutan per tahun.

Penyadartahuan melalui media sosial dapat turut membantu dalam menyebarkan informasi terkait pentingnya macan tutul jawa serta upaya konservasinya ke masyarakat yang lebih luas. 

Selain itu, memperkuat kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, LSM, dan akademisi akan memperkuat koordinasi dalam upaya konservasi macan tutul jawa. 

“Patroli yang dilakukan secara rutin dapat dilakukan untuk mencegah perburuan liar dan memantau keberadaan macan tutul jawa. Pemasangan kandang ternak yang aman dapat mencegah ternak agar tidak mudah diserang, terlebih di malam hari,” kata Hariyo.

Mitigasi konflik juga dapat dilakukan melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal berbatasan langsung dengan habitat macan tutul jawa dan masih mengandalkan hutan sebagai sumber perekonomian.

Perjalanan Panjang Pengamatan Macan Tutul Jawa

Sebelum ada JWLS, Yayasan SINTAS juga konsen mengamati macan tutul, seperti melakukan survei kamera pengintai di Gunung Muria dan Taman Nasional Meru Betiri. 

Kedua proyek ini juga masih terus berjalan hingga saat ini. Yayasan SINTAS juga memberikan dukungan teknis secara sukarela kepada Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Gunung Ciremai dalam rangka penguatan upaya konservasi macan tutul jawa. 

Dalam lima tahun terakhir, personel Yayasan SINTAS Indonesia juga cukup aktif dalam mempromosikan nilai-nilai penting macan tutul jawa dalam upaya konservasi satwa liar dan habitatnya di Pulau Jawa melalui berbagai media penyadartahuan dan publikasi, baik ilmiah maupun populer. 

“Adapun kendala dalam upaya konservasi macan tutul jawa, yang kami alami sejauh ini mencakup aksesibilitas, koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi sumber daya dan pendanaan untuk upaya jangka panjang, serta masih adanya gangguan kawasan yang terkadang menyebabkan hilangnya kamera pengintai,” pungkasnya.

Irvan Sjafari

Irvan Sjafari

Belum ada deskripsi

Related Articles