Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng

Topeng Monyet: Isu yang Menjadi Prioritas
Di Balik Produksi: Cerita dan Tantangan di Lapangan
Membuat dokumenter ini bukan perkara mudah. Tim harus menghadapi berbagai kendala di lapangan, mulai dari mencari narasumber hingga keterbatasan alat produksi.
Syifa Anten atau yang kerap disapa Lili sebagai sutradara berbagi pengalamannya saat mencari informasi di Cirebon.
“Waktu cari narasumber di Cirebon, tantangannya lumayan besar. Begitu kita datang, kepala desanya kayak berusaha nutup-nutupin, bilang enggak tahu soal topeng monyet. Padahal, dari gerak-geriknya, kita yakin mereka tahu,” tukasnya.
Mereka juga menghadapi keterbatasan alat produksi. Bima, yang bertanggung jawab sebagai DOP harus putar otak agar hasil visual tetap maksimal meski dengan peralatan yang terbatas.
“Beberapa shot yang dramatis tuh sebenarnya bisa lebih bagus kalau alatnya memadai. Tapi karena dana terbatas, kita harus kreatif dalam memanfaatkan alat yang ada.” ungkap Bima
Proses pengambilan gambar juga dibatasi oleh peraturan ketat, terutama saat mereka merekam di pusat rehabilitasi satwa. Hanya DOP dan sutradara yang diperbolehkan mendekati kandang monyet untuk memastikan keselamatan satwa dan kru.
Dari segi penyusunan cerita, Arif, yang bertanggung jawab dalam editing, menyatakan bahwa menyusun alur film ini bukan hal mudah.
“Informasi yang kita dapat banyak banget, dan itu bikin kita bingung mau naruh [informasi] apa di mana. Penyusunan alurnya jadi PR besar. Selain itu, dari segi visual dan audio juga ada tantangan karena keterbatasan alat.” beber Arif
Meski menghadapi banyak kendala, tim ini tetap bersemangat untuk menyelesaikan proyek mereka. Dokumenter ini bukan hanya sekadar film bagi mereka, tapi juga sebuah langkah nyata untuk meningkatkan kesadaran publik tentang eksploitasi satwa.
Meilia menambahkan, ia berharap dokumenter ini bisa mengubah mindset masyarakat soal topeng monyet, "Kalau bisa, pemerintah juga ikut turun tangan supaya ada aturan yang lebih jelas.”
Harapan untuk Sebuah Tayangan
Bagi tim, dokumenter ini bukan sekadar proyek, tetapi juga bentuk kepedulian mereka untuk meningkatkan kesadaran publik. Meilia berharap film ini bisa sampai ke banyak orang dan bahkan masuk festival.
“Dari dulu pengen bikin film yang berguna dan bisa diterima masyarakat. Kalau bisa, ini masuk festival juga biar jangkauannya makin luas.”
Lili sebagai sutradara berharap dokumenter ini bisa diputar di sekolah-sekolah supaya anak-anak yang menjadi salah satu target “hiburan” topeng monyet dapat teredukasi sejak dini.
“Ini edukasi penting, makanya pengen banget bisa diputer di sekolah. Banyak yang belum tahu kalau kenyataannya sekejam ini,” tegasnya.
Bima turut mengungkapkan harapannya agar melalui visual dan informasi yang ditampilkan, dokumenter ini bisa menjadi pemicu perubahan di masyarakat.
“Cuma pengen dipublikasikan di masyarakat supaya orang-orang tau kalau topeng monyet salah dan kalau bisa enggak ada lagi, karena setelah ditelusuri banyak masalah di situ,” ucap Bima.
Meilia menambahkan, tanpa dukungan pemerintah, perubahan ini bakal sulit terjadi.
“Percuma kalau kita bikin dokumenter, tapi aturan masih abu-abu. Harapannya sih ini bisa dilirik pemerintah biar ada langkah nyata. Aku juga pengen bahas isu hewan lain, karena masih banyak banget yang belum diketahui orang,” ungkapnya.
Buat Mu’min, eksploitasi monyet juga berkaitan dengan kondisi ekonomi. Ia berharap ada solusi untuk para pelaku usaha topeng monyet.
“Mereka ini kan awalnya enggak punya pekerjaan. Harus ada solusi biar mereka enggak balik lagi ke eksploitasi monyet. Mungkin bisa dialihin jadi pengurus hewan atau dikasih pekerjaan lain,” tutur Mu’min.
Dengan harapan yang besar, mereka sadar bahwa proses menuju perubahan yang diinginkan tidaklah instan, tetapi mereka yakin bahwa setiap langkah kecil tetap berarti.

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
27/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
18/04/25
Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng
07/04/25
Amankan Monyet Peliharaan, BKSDA Jelaskan Bahaya Domestikasi Satwa Liar
15/03/25
Tangis Macaca di Yogyakarta: Konflik dengan Petani Gunungkidul dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal
14/03/25
Tangis Macaca di Yogyakarta: Ditangkap Paksa dari Hutan untuk Ekspor (Bagian 1)
14/03/25
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet

Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan

Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah

Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil

Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari

Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!

Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni

Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri

Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran

Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres

Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
