Pelepasliaran Elang si Mesin Terbang di NTT Berjalan Mulus

Gardaanimalia.com - Seekor elang-laut perut putih diterbangkan di kawasan wisata hutan mangrove Desa Watubaing, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Burung yang memiliki julukan Mesin Terbang ini dilepasliarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Sikka pada Jumat (5/4/2024) lalu.
Dalam rilis yang diterima oleh kupang.tribunnews.com, Sabtu (6/4/2024), Kepala BKSDA Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Pieter R. E. Didok mengatakan burung berjenis kelamin betina.
Satwa yang diketahui memiliki nama ilmiah Haliaeetus Leucogaster tersebut merupakan serahan warga Desa Wuring pada 2022 silam. Penyerahan dilakukan secara sukarela.
Menurut keterangan BKSDA Kabupaten Sikka, satwa liar itu sebelumnya telah mendapatkan pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan hewan dari Dinas Pertanian Kabupaten Sikka.
Proses pengecekan tersebut dilakukan sebelum satwa dilepasliarkan. Selain itu, elang-laut perut putih juga disuntik untuk memasukkan vitamin ke tubuhnya.
Dilakukannya rangkaian aktivitas pemeriksaan dan penyuntikan tersebut adalah untuk memastikan bahwa satwa dilindungi itu dalam keadaan sehat dan siap kembali ke alam liar.
Elang Berstatus Dilindungi Negara
Pelepasliaran satwa yang juga dikenal dengan nama elang-laut dada putih tersebut disaksikan oleh beberapa petugas dari lembaga pemerintahan.
Pertama, oleh dua orang anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) dari Koramil Talibura. Kemudian, satu orang anggota KTH (Kelompok Tani Hutan) Klakat Watubaing dan petugas kesehatan hewan.
Kembalinya satwa liar tersebut melibatkan beberapa personel, yaitu Martinus Raya Sili (Koordinator Resort Maumere), Benedictus M.M. Lose (Penyuluh Kehutanan Muda Seksi IV).
Lalu, Dionisius Bruno Conterius (PEH Ahli Pertama pada Seksi IV) dan Marianus Ludwig Pengadministrasian dan Pengawasan Kawasan Resort Egon).
Patut diketahui, Haliaeetus Leucogaster dilindungi negara yang tercatat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018.
Burung dada putih tersebut juga dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Apabila satwa dilindungi ditangkap, dilukai, dibunuh, disimpan, dimiliki, dipelihara, diangkut, dan diperniagakan, maka pelaku dapat dikenai hukuman.
Sanksinya adalah bisa terancam pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.

Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet

Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan

Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah

Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil

Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari

Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!

Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni

Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri

Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran

Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres

Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
