[caption id="attachment_23650" align="aligncenter" width="958"] Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang terekam kamera jebak di Taman Nasional Ujung Kulon. | Foto: Taman Nasional Ujung Kulon[/caption]
Gardaanimalia.com - KLHK mendapatkan kritik keras atas kematian 26 ekor badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) karena aktivitas perburuan. Kritik tersebut dilayangkan oleh peneliti Yayasan Auriga Nusantara Riszki Is Hardiyanto.
Riszki mengatakan, terdapat kegagalan sistemik di dalam tubuh KLHK yang berujung pada kematian badak jawa di TNUK.
"Ujung Kulon hanyalah buah dari kegagalan sistemik KLHK," katanya.
Dirinya mengutarakan, Balai TNUK tidak diberikan keleluasaan karena harus mengikuti petunjuk dan perintah KLHK. Padahal, pendanaan dan mobilitas merupakan hal yang penting bagi Balai TNUK agar dapat melakukan pengamanan terhadap badak jawa.
Selain itu, Riszki juga mengatakan KLHK semestinya menyikapi secara serius seluruh bentuk kehilangan, kematian, dan perburuan badak jawa yang populasinya kecil dan hanya tersisa di satu tempat.
"Jadi, telunjuk lebih pas diarahkan ke Menteri LHK," tegas Riszki.
Riszki kemudian mengutarakan empat poin yang menjadi evaluasi bagi KLHK sebagai respons dari kematian 26 ekor badak jawa ini.
Pertama, KLHK perlu transparan mengenai populasi badak jawa, baik yang diduga mati atau diburu, maupun yang masih tersisa saat ini.
"Angka 26 yang disebut Polda Banten perlu ditelusuri secara rinci dan tuntas, termasuk jenis kelamin dan usia setiap individunya," sambung Riszki.
Kedua, memastikan anggaran pengamanan memadai.
Ketiga, proteksi badak jawa secara sistematis dengan tim pengamanan yang profesional.
Keempat, laporan berkala ke publik mengenai kondisi populasi mamalia ini.
Riszki juga menekankan, fenomena ini tidak hanya terjadi pada badak jawa saja. Banyak spesies flagship Indonesia mengalami ancaman yang sama.
"Badak sumatera, gajah, orangutan, harimau juga nasibnya tidak lebih baik. Artinya, pengelolaan konservasi spesies oleh KLHK perlu dievaluasi secara menyeluruh dan mendasar," kata Riszki.


Aditya
Belum ada deskripsi