Gardaanimalia.com - Tampak dua harimau sedang bermain di kandang yang terbuat dari dinding bata berteralis itu.
Satu di antaranya harimau kecil, Patih namanya. Ia tiada henti menggoda harimau besar di dekatnya, Padma, ibunya.
Ia menggigit dan mencakar. Sesekali ia berjalan mengelilingi kandang sembari mengaum.
Patih nampak kurang gizi. Perutnya cekung. Karena kurus, tulang rusuk dan tulang pinggulnya terlihat menonjol.
Gerakannya juga terlihat kurang lincah. Patih lahir di kebun binatang Sinka Zoo, dua tahun lalu, hasil perkawinan Padma dengan Kombo.
Padma dan Kombo, yang juga harimau benggala (Panthera tigris tigris), dijodohkan di Sinka Zoo.
Selain Patih, harimau benggala di kandang itu juga mengalami nasib serupa. Terlihat kurus dengan tulang pinggul yang menonjol.
Harimau benggala merupakan spesies kucing terbesar kedua di dunia. Ciri khas yang dimiliki, yaitu bulu yang berwarna oranye terang dengan motif garis-garis hitam atau cokelat tua.
Habitat mereka tersebar di hutan lebat dan rawa-rawa India, Bangladesh, Bhutan, dan Nepal.
Di Indonesia, harimau benggala tak termasuk hewan dilindungi (berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990, direvisi pada UU Nomor 32 Tahun 2024). Namun, berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN), satwa ini masuk kategori terancam punah atau endangered dan masuk Appendix I CITES.
Harimau benggala koleksi taman satwa ini berasal dari Kebun Binatang Ragunan Jakarta yang didatangkan pada 2008.
Sinka Zoo Singkawang dikelola oleh CV Sinka Island Park dengan izin lembaga konservasi dalam bentuk Taman Satwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.441/Menhut-II/2007.
Taman satwa yang terletak di Jalan Malindo Teluk Karang Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat ini sempat jaya di awal pendiriannya.

Lokasinya berada di atas lahan seluas 30 hektare dengan kontur perbukitan dan pantai.
Wisatawan yang datang bisa sekaligus menikmati keindahan alam dari ketinggian.
Dikutip dari ksdae.menlhk.go.id, Taman Satwa Sinka Island Park tahun 2021 tercatat memiliki koleksi 188 individu satwa, seperti gajah, rusa, beruang madu, macan tutul, buaya, siamang, binturong, landak, ular, termasuk sembilan harimau benggala (5 jantan, 4 betina).
Satwa-satwa tersebut di-display menjadi tiga bagian atau blok terpisah. Bagian pertama adalah kandang berukuran besar, seperti gajah, rusa dan kandang buaya.

Blok kedua adalah kandang-kandang berukuran kecil, antara 3x3 meter, 2x2 meter, bahkan ada yang berukuran 1x2 meter. Satwa penghuni kandang ini di antaranya primata, landak, burung, dan reptil.
Untuk melihat satwa di blok tersebut, pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jembatan kayu (gertak) dengan nuansa hutan.
Blok ketiga adalah kandang harimau benggala, macan tutul, dan beruang madu. Lokasinya berdekatan dengan blok kedua.
Ketika Tim Liputan berkunjung untuk menulis laporan ini pada 6 Juli 2023, kondisi Sinka Zoo tampak tak terurus.
Kandang yang rata-rata terbuat dari kayu mulai lapuk dan rusak. Bahkan sudah banyak yang kosong.
Selain itu, jalan akses menuju kebun binatang ini juga rusak. Banyak lubang dan batuan bekas longsoran.
Hari itu, Tim Liputan bertemu dengan Titus, salah satu keeper, sebutan seorang perawat satwa.
Titus mengatakan, sebagian besar satwa dipindahkan ke lokasi baru, di Bajau Marine Zoo (BMZ). Tepatnya di area permainan anak-anak.
“Sebagian sudah dipindah ke bawah. Tinggal satwa ukuran besar dan buas yang masih di sini,” kata Titus.
Titus sendiri sudah tiga tahun bekerja sebagai perawat satwa di Sinka Zoo. Sejak dua tahun terakhir, ia ditugasi merawat harimau benggala, tepatnya setelah insiden lepasnya dua ekor harimau benggala bernama Tora dan Elka.
Sebagai perawat satwa, Titus bertugas memberi pakan, minum, dan membersihkan kandang setiap hari.
Khusus untuk harimau, kata Titus, pemberian pakan dilakukan setiap hari sekali.
“Pemberian pakan setiap jam 4 sore. Porsinya antara 6-8 kilogram,” kata dia.
Saat ini setidaknya ada tujuh ekor harimau benggala yang menjadi tanggung jawabnya.
Ada yang unik dari metode pemberian pakan pada harimau di sana.
Jika biasanya pakan atau daging diberikan mentah-mentah, tetapi tidak di Sinka Zoo. Daging direbus sebelum diberikan kepada satwa.
Menurut Titus, hal itu dilakukan untuk menjaga kesehatan satwa.
“Dulu pernah langsung diberikan, tapi harimau-harimau di sini sering mencret dan cacingan,” terangnya.
Pemberian pakan dengan cara seperti itu, diakui Titus, merupakan insiatif dari keeper. Bukan anjuran dokter atau ahli nutrisi.
“Itu inisiatif sendiri,” jelasnya.
Krisis Pakan
Ihwal kondisi harimau yang terlihat kurus, kata Titus, disebabkan karena krisis pakan.
“Puncaknya saat Covid (Pandemi Covid-19),” kata Titus.
Menurutnya, selama pandemi, kebun binatang Sinka Zoo ditutup untuk umum sehingga tidak ada pemasukan dari retribusi.
“Dulu lebih kurus dari ini. Sekarang sudah agak mendingan,” katanya.
Pandemi Covid tidak hanya berdampak pada satwa tetapi juga pada pendapatan karyawan.
Menurutnya, gaji yang seharusnya ia terima penuh setiap bulannya, dibayar dengan cara dicicil.
“Waktu Covid-19 itu, cukup berat bagi kami. Gaji kami sering terlambat. Bahkan sebulan bisa tiga kali dicicil,” kata dia.
Untuk biaya operasional kebun binatang, termasuk gaji karyawan, diperoleh dari hasil penjualan tiket atau retribusi.
Tidak hanya krisis pakan, menurut Titus, Sinka Zoo juga sempat mengalami kekosongan dokter hewan, setelah ditinggalkan oleh dokter yang lama.
Akibatnya, keeper harus berperan ganda merawat satwa yang sakit sekaligus memberinya obat.
“Hampir setahun tidak ada dokter hewan. Sekarang sudah ada. Tapi jarang datang,” katanya.
Diduga Malnutrisi
drh Purbo, dari Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) menduga kondisi yang dialami Patih dan beberapa harimau benggala lainnya karena pemenuhan nutrisi yang tidak ideal.
“Jika dilihat dari skor kondisi tubuh, memang belum ideal kondisinya. Bisa jadi ini dampak dari pemenuhan nutrisi yang belum ideal atau ada ganguan kesehatan lain. Tentunya perlu diperiksa lebih lanjut,” kata drh. Purbo, saat dihubungi, 8 November 2023.
Body Condition Score (BCS) adalah suatu metode yang digunakan untuk memberi nilai kondisi tubuh satwa, secara visual (melihat kondisi tubuh) maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul.
BCS berkaitan dengan produksi dan reproduksi ternak, seperti kesuburan, kebuntingan, proses kelahiran, laktasi, dan penyapihan.
BCS digunakan untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan dan menilai status kesehatan individu satwa.
Dikatakan Purbo, pemberian pakan satwa di sebuah lembaga konservasi atau kebun binatang, umumnya ada satu bagian khusus yang bertanggungjawab soal nutrisi.
Bagian ini bertanggung jawab menentukan formulasi pakan, baik porsi, pengadaan bahan pakan, kebutuhan satwa, hingga preparasinya.
“Ini semua hasil dari kajian atau studi ahli nutrisi,” katanya.
Untuk menentukan jumlah atau porsi pakan, kata Purbo, tergantung dari jenis satwa, kondisi individu, meliputi status kondisi fisiologi, umur, berat badan.
Purbo mengatakan, pemenuhan kesejahteraan satwa, salah satunya harus melalui pemenuhan nutrisi, baik dari segi kebutuhan alamiah maupun yang disesuaikan dengan perilaku mereka di alam.
Penilaian yang sama juga diungkapkan drh. Happy Ferbiansyah. Happy mengaku kaget saat berkunjung ke Kebun Binatang Sinka Zoo Singkawang pada libur lebaran tahun 2022 lalu.
Pria asal Surabaya, Jawa Timur itu mengaku miris melihat kondisi satwa dan tata kelola Sinka Zoo.
Menurutnya, satwa di Sinka Zoo kebanyakan dalam kondisi yang kurang baik.
“Jika merujuk dari konsep kesejahteraan hewan (animal welfare) sistem per kandangannya masih belum memenuhi aspek kesejahteraan hewan,” katanya.
Menurut dia, ada dua konsep kesejahteraan hewan yang harus diperhatikan, yakni konsep 5 freedoms dan konsep 5 domain, yang keduanya saling menguatkan.
Konsep 5 freedoms meliputi bebas dari rasa lapar dan kehausan, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas dari rasa takut dan stress, serta bebas mengekspresikan perilaku alami.
Sedangkan konsep 5 domain adalah nutrisi, lingkungan fisik, kesehatan, interaksi perilaku, dan kondisi mental.
Ia mencontohkan, jika salah satu domain tidak terpenuhi, maka akan saling berhubungan.
Misalnya, ketika domain nutrisi tidak terpenuhi, maka akan berpengaruh terhadap domain kesehatan.
“Dan pasti juga akan berpengaruh pada kondisi mental,” katanya.
Padahal, kata dia, memperhatikan kesejahteraan hewan bagi pengelola kebun binatang bukan penting atau tidak penting, melainkan suatu kewajiban, karena kesejahteraan hewan adalah hak bagi seluruh satwa yang dipelihara oleh pengelola kebun binatang.
Sarana Prasarana Tidak Ideal
Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) juga turut menyoroti kondisi kebun binatang Sinka Zoo.
Sekjen PKBSI Tony Sumampau mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) telah menurunkan tim untuk melakukan evaluasi terhadap kebun binatang terbesar di Kalbar itu.
Menurut Tony, dari hasil evaluasi, ada beberapa aspek yang mesti dipenuhi oleh pengelola Sinka Zoo.
Ia menyebutkan, tata cara perawatan satwa liar di kebun binatang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 31 Tahun 2012 Tentang Lembaga Konservasi.
Ada pula soal persyaratan sampai sanksi yang diberikan pada pengelola yang melakukan pelanggaran.
Dalam pasal 9, diatur soal kriteria kebun binatang. Pertama, memiliki satwa yang dikoleksi sekurang-kurangnya tiga kelas taksa baik satwa yang dilindungi, satwa yang tidak dilindungi atau satwa asing.
Memiliki luas sekurang-kurangnya 15 hektare dan memiliki sarana pemeliharaan dan perawatan satwa, sekurang-kurangnya terdiri atas kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang pengembangbiakan, kandang sapih, kandang peragaan, areal bermain satwa, gudang pakan dan dapur, naungan untuk satwa, dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain.
Selain itu, kebun binatang juga wajib memiliki fasilitas kesehatan, terdiri dari karantina satwa, klinik, laboratorium, dan koleksi obat.
Lalu, memiliki fasilitas pelayanan pengunjung, baik pusat informasi, toilet, tempat sampah, petunjuk arah, peta dan informasi satwa, parkir, kantin atau restoran, toko cindera mata, shelter, loket, dan pelayanan umum.
Terakhir, kata Tony, harus memiliki tenaga kerja permanen sesuai bidang keahliannya, seperti dokter hewan, kurator, tenaga paramedis, penjaga atau perawat satwa (animal keeper), tenaga keamanan, pencatat silsilah (studbook keeper), tenaga administrasi, dan tenaga pendidikan konservasi, memiliki fasilitas kantor pengelola, dan memiliki fasilitas pengelolaan limbah.
“Ini yang tidak kami temukan di Sinka Zoo. Jadi masih banyak aspek yang kurang,” katanya kepada Tim Liputan, 19 Agustus 2023.
Terkait dengan sanksi, kata Tony, kebun binatang yang melanggar aturan di atas dapat berupa sanksi administratif seperti penghentian sementara pelayanan administrasi, denda, sampai pencabutan izin.
“Pemberian sanksi biasanya dilakukan setelah ada pembinaan dan evaluasi dari BKSDA,” kata dia.
Kandang Baru Mirip Etalase Opsetan
Pengelola kebun binatang Sinka Zoo tampak melakukan renovasi besar-besaran dengan memindahkan satwa koleksinya ke lokasi baru, yakni Bajau Marine Zoo (BMZ).
Hari itu, Tim Liputan mendatangi kandang baru yang terletak persis di area permainan anak-anak. Dari luar, kadang baru satwa tersebut tidak terlihat karena berada di dalam.
Pengunjung yang ingin masuk dan melihat koleksi satwa kebun bintang itu harus melalui pintu masuk wahana akuarium.
“Masuk saja, bang. Hewannya ada di dalam,” kata seorang petugas.
Tim Liputan pun masuk ke lokasi tersebut. Mula-mula yang terlihat adalah deretan akuarium dengan beragam jenis ikan laut seperti hiu, tiger fish, kerapu dan ikan laut lainnya.
Dengan mengikuti petunjuk arah, rumah baru satwa-satwa itu satu per satu terlihat.
Satwa-satwa itu ditempatkan di kandang kaca berlantai tegel atau keramik, berlampu, dan beratapkan seng.
Mirip seperti etalase pameran opsetan atau hewan awetan. Di sana ada landak, kucing hutan, bangau tong tong, monyet albino, binturong, ular dan beberapa hewan lainnya.
Wittia, salah seorang pengunjung yang ditemui mengaku heran dengan konsep baru kebun bintang Sinka Zoo saat ini.
Menurutnya, pihak pengelola tidak memperhatikan kesejahteraan hewan.
“Terlihat modern, tapi aneh. Harusnya kandangnya disesuaikan habitat aslinya. Ini malah lantainya keramik,” katanya.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan konsep kebun binatang di awal berdiri, cukup jauh perbedaannya.
Menurut dia, untuk konsep sebelumnya, ia masih memaklumi, meskipun satwanya berada di dalam kandang, tapi suasananya dibuat seperti habitat aslinya.
Di bawah pepohonan rindang.
“Tidak seperti ini,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Sekjen Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI), Tony Sumampau. Dia menggarisbawahi soal kandang baru Sinka Zoo.
“Saya tidak sependapat jika satwa berada di kandang yang terbuat dari kaca. Panas. Sirkulasinya tidak bagus. Kalau satwa itu kelamaan di kurung di ruangan kecil, maka mental satwa (juga) akan terganggu,” katanya.
Tony mengaku sudah beberapa kali mengunjungi Sinka Zoo. Sejak 2009, ia sudah tiga hingga empat kali ke kebun binatang itu.
Menurutnya, Sinka Zoo membutuhkan leader yang memahami soal satwa. Tidak sekadar dari sisi bisnis.
“Saya rasa Sinka Zoo butuh leader yang baik. Yang paham dan mengerti soal satwa. Dan beberapa tahun ini, Sinka Zoo tidak penah lagi ikut training untuk keeper dan dokter hewan,” katanya.
Rekomendasi Pencabutan Izin
Kepala Balai Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar RM Wiwied Widodo mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengeluarkan surat rekomendasai pencabutan izin kebun binatang Sinka Zoo Singkawang.
Menurut Wiwiet, surat tersebut keluar pada September 2022. Tepatnya pasca-evaluasi bersama PKBSI dan KLHK.
“Kalau dari rekomendasi, Sinka Zoo sudah tidak layak dan bisa dicabut izinnya,” kata Wiwied, 24 Agustus 2023.
Wiwied mengaku, pihaknya telah menindaklanjuti surat rekomendasai tersebut dengan mendatangi Sinka Zoo.
Namun, kata Wiwied, pihaknya gagal menemui pengelola atau penanggung jawab di sana.
“Maret lalu saya ke sana, tapi tidak ketemu owner-nya. Saya hanya ingin katakan, kamu bersedia mengembalikan seperti semula dengan tatanan sesuai regulasi atau tidak? Jika tidak sanggup, tanda tangan. Karena sebetulnya di pusat sudah ada rekomendasi pencabutan,” tegasnya.
Menurut Wiwied, ada sejumlah daftar yang menjadi parameter. Menurutnya, hal itu harus dipenuhi oleh pihak pengelola.
“Apabila pemegang izin tidak memenuhi itu, maka layak cabut,” katanya.
Wiwied menilai, tata kelola Sinka Zoo sudah tidak jelas, berantakan dan kacau.
Wiwied juga mengaku, dirinya tidak pernah menerima laporan secara detail tentang kondisi satwa kebun binatang Sinka Zoo Singkawang.
“Tidak pernah ada laporan. Padahal itu wajib. Bahkan, kebun binatang punya kewajiban membuat rencana kerja tahunan,” bebernya.
Bantah Krisis Pakan, Hanya Sedang Diet
Ditemui terpisah, Kepala Bagian Satwa, Wawan membantah, jika Sinka Zoo mengalami krisis pakan.
Menurut dia kondisi harimau yang terlihat kurus tersebut dikarenakan adanya pengurangan porsi pakan.
“Kalau orang awam mungkin melihat harimau di sini kurus-kurus. Padahal memang sedang ada program diet. Puasa. Karena dulu pernah kegemukan,” kata Wawan saat ditemui pada 4 Februari 2024.
Menurut dia, pengurangan porsi pakan tersebut merupakan rekomendasi dari PKBSI.
“Mereka (PKBSI) beberapa kali datang ke sini. Waktu itu kan sedang proses pembiakan harimau benggala, tapi sulit hamil. Nah, setelah dapat anjuran dari PKBSI untuk mengurangi porsi pakan, baru bisa hamil, dan melahirkan,” kata Wawan.
Sedangkan untuk pakan daging yang direbus, Wawan mengaku itu merupakan inisiatif sendiri.
Meskipun begitu, metode pemberian pakan tersebut untuk menjaga kesehatan satwa.
“Sebelum diberikan ke satwa, daging memang direbus dulu. Setelah itu kita tambahkan nutrisi atau vitamin. Satwa yang ada di kebun binatang berbeda perlakuannya dengan satwa di alam liar. Mungkin kalau di alam liar, satwa-satwa itu bisa mencari makan dan tambahan nutrisi sendiri. Kalau di sini kan tidak bisa,” beber Wawan.
“Intinya, keeper yang lebih paham bagaimana kondisi satwanya,” sambung Wawan.
Ia memang tidak banyak bicara soal kondisi satwa di Sinka Zoo. Menurutnya, ia hanya mengurus apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
“Kalau urusan lain, saya tidak tahu. Saya hanya mengurus yang di sini,” katanya.
Tim Liputan berusaha mengonfirmasi kepada pihak pengelola. Namun, hingga berita ini diturunkan, pihak pengelola belum dapat ditemui.
Liputan ini pertama kali diterbitkan Pontianak Post pada 19 April 2024 dengan dukungan hibah liputan Bela Satwa Project 2023 oleh Garda Animalia.