[caption id="attachment_14659" align="aligncenter" width="1600"] Orangutan sumatera langsung memanjat pohon saat dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. | Foto: Garda Animalia[/caption]
Gardaanimalia.com - Tiga orangutan berhasil dievakuasi dari lahan konsesi perkebunan sawit milik PT. Perkebunan Inti Sawit Subur (PISS) di Kabupaten Langkat, kini telah dilepasliarkan pada Senin (6/6).
Satwa tersebut dikembalikan ke hutan restorasi Cinta Raja Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara.
Kepala Seksi Wilayah II Stabat BBKSDA Sumatera Utara, Herbert Aritonang pada Rabu (8/6) mengatakan, awalnya mereka mendapat informasi dari manajer kebun bahwa ada individu orangutan di sekitar lokasi.
"Kita kembali dapat informasi dari manajer kebun, masih ada individu lain di sekitaran lokasi. Kami pastikan lokasi, dan kita langsung lakukan evakuasi," ujar Herbert mengingat sebelumnya juga mengevakuasi satwa dari PT. PISS.
Dia menyebut, ketiga individu satwa liar yang diselamatkan tersebut berjenis kelamin betina. Dengan perkirakan usia 15 tahun, 8 tahun, dan bayi berusia 3 bulan.
"Orangutan yang masih bayi adalah anak dari orangutan yang berusia 15 tahun. Orangutan ini ditemukan setelah tim melakukan penyisiran lokasi yang diberi tahu oleh pihak perusahaan," jelas Herbert.
Dalam konsesi PT. PISS, ketiga satwa tersebut didapati pada sebuah hamparan hutan muda yang memiliki luas sekitar 200x20 meter.
Herbert menerangkan, bahwa kondisi areal sangat tidak layak bagi kehidupan orangutan karena terdapat beberapa pohon dan belukar.
Memang, paparnya, dulu konsesi PT. PISS terhubung dengan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan TNGL. Saat itu konsesi belum dikelola, sehingga satwa dari dalam kawasan TNGL keluar dan masuk ke dalam konsesi.
Namun, saat ini konsesi sudah mulai ditanami, ada fragmentasi lahan. Hal itu membuat koridor orangutan menuju HPT dan TNGL menjadi terputus. Jarak lokasi satwa liar yang terisolir dengan TNGL sekitar 3 km.
"Kami masih menunggu informasi. Karena karyawan bilang masih ada yangterpantau. Kami meminta perusahaan melaporkan. Sehingga kita bisa ambil tindakan," ungkapnya.
Menurut penuturan Herbert, saat melakukan evakuasi kali ini ada sedikit tantangan karena salah satu satwa masih berusia bayi.
"Saya merasa tragis, anaknya masih kecil sekali dan terus menempel ke induknya. Maka dari itu kita berupaya bagaimana rescue aman dan lancar. Jangan sampai saat tembak bius dan tubuh induknya menimpa anaknya," ucapnya.
Pihaknya pun menyusun strategi untuk mengevakuasi secara rapi. Hasilnya, penyelamatan tiga orangutan sukses dan berjalan dengan lancar.
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan, tidak ditemukan bekas peluru senapan angin, patah tulang atau luka lainnya. Hanya saja, kata Herbert, kondisi satwa sedikit kurus karena kekurangan pakan.
Setelah diberikan vitamin dan dipasangi microchip, tiga individu orangutan dilepasliarkan ke hutan restorasi Cinta Raja yang dikelola Balai Besar TNGL.
"Senang sekali. Orangutan itu langsung manjat ke pohon dan menyebrang ke dalam kawasan TNGL," cerita Herbert.
Orangutan sumatera adalah satwa endemik yang masuk dalam daftar merah IUCN, yang saat ini dikategorikan terancam kritis (Critically Endangered).
Data Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) 2016, diperkirakan terdapat 14.630 individu orangutan sumatera tersebar di Aceh dan Sumatera Utara.


Garda Animalia
Belum ada deskripsi