[caption id="attachment_3521" align="aligncenter" width="629"] Kakatua Dok : Pixabay/Nel Botha[/caption]
Gardaanimalia.com - Penampilan, kecerdasan, dan kepribadian Kakatua yang menarik, menjadikan burung paruh bengkok ini sebagai satwa peliharaan yang cukup populer di kalangan pecinta burung. Lonjakan perburuan Kakatua, baik untuk perdagangan internasional maupun domestik, telah mendorong penurunan populasi burung ini secara drastis. Menurut BirdLife International, sebanyak 12,000 burung paruh bengkok, termasuk kakatua, diperdagangkan secara ilegal setiap tahunnya di Indonesia.
Koordinator Pemantauan Perdagangan Garda Animalia, Roby Padma mengatakan burung-burung paruh bengkok umumnya dikirim dari wilayah Indonesia bagian Timur menuju Barat--Sumatera, Jawa, Kalimantan dan termasuk Sulawesi--melalui jalur laut untuk diperdagangkan. Kapal-kapal tongkang dan penumpang menjadi moda transportasi dalam pengiriman ilegal burung paruh bengkok ini.
"Burung-burung dikurung di dalam kandang, kardus atau botol air mineral dan disembunyikan di dek atau tempat lain dalam kapal yang tidak mudah diakses sembarangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari inspeksi dari petugas di pelabuhan," ujarnya.
Menurutnya, Kakatua jambul kuning merupakan jenis yang paling banyak diperdagangkan secara daring. Kakatua jenis ini juga banyak dijual secara ilegal ke luar negeri, seperti Singapura dan Amerika Serikat.
"Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, lebih dari 1000 ekor burung Kakatua terpantau diperdagangkan secara daring di grup media sosial Facebook. Kakatua jambul kuning paling banyak," terangnya.
Tingginya permintaan burung paruh bengkok sebagai satwa peliharaan ditenggarainya menjadi faktor meningkatnya perburuan dan perdagangan ilegal satwa ini.
"Banyak orang ingin punya Kakatua, karena bentuknya bagus dan pintar. Orang pelihara burung ini dari kecil biar bisa diajari berbicara, sudah jago (berbicara) lalu dijual mahal," katanya.
Selain ancaman perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar, Roby menuturkan pengawahutanan dan rusaknya habitat menjadi alasan lainnya merosotnya populasi burung pintar ini. Kakatua membutuhkan pohon sebagai perlindungan, tempat mencari makan dan bereproduksi.
"Kakatua bersarang di lubang-lubang pohon. Banyaknya degradasi lahan mengancam populasinya," tutur Roby.
Berita
Populasi Kakatua Terancam Akibat Perdagangan Ilegal dan Pengawahutanan
19 Juni 2020|By Garda Animalia


Garda Animalia
Belum ada deskripsi