[caption id="attachment_23635" align="aligncenter" width="900"] Ilustrasi buaya muara (Crocodylus porosus) juga dikenal dengan sebutan buaya bekatak. | Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia[/caption]
Gardaanimalia.com - Interaksi negatif buaya muara dan manusia di Provinsi Bengkulu berujung maut, ditindaklanjuti dengan pemasangan perangkap di Sungai Selagan.
Kepala Resor KSDA Air Hitam Rasidin mengatakan bahwa pemasangan perangkap buaya (Crocodylus porosus) yang akan dilakukan adalah yang pertama kali.
"Ini kali pertama pemasangan perangkap. Kami upayakan, mungkin browsing dulu, meniru di tempat lain, seperti di Kalimantan," ujarnya, dikutip dari Antara, Sabtu (1/6/2024).
Keputusan memasang perangkap tersebut merupakan hasil kesepakatan antara BKSDA Bengkulu dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko, Kamis (30/5/2024) lalu.
Pembahasan itu digelar setelah adanya dua insiden konflik manusia dan buaya di Sungai Selagan yang berulang dan menewaskan dua orang dalam dua tahun terakhir.
21 Februari 2022, insiden konflik pertama terjadi pada Sabri yang berusia 65 tahun. Warga Desa Tanah Rekah, Kabupaten Mukomuko tersebut meninggal dunia akibat konflik.
Kedua, terjadi baru-baru ini, tepat pada 15 April lalu. Seorang warga Desa Tanah Harapan, Kabupaten Mukomuko bernama Ide Suprianto meninggal dunia akibat konflik di usianya yang masih muda, yakni 27 tahun.
Merespons ini, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko sudah menyiapkan dua perangkap buaya yang akan dipasang bersama BKSDA Bengkulu.
Pemasangan direncanakan pada Senin dan Selasa, 3-4 Juni 2024 di lokasi konflik. Dalam pelaksanaannya, BKSDA Bengkulu bakal menyiapkan itik sebagai umpannya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko Budi Yanto menyampaikan, perangkap buaya muara tersebut berasal dari empat perusahaan yang bersedia membantu pihaknya.
"Dua perangkap sudah ada di DLH (Dinas Lingkungan Hidup), sedangkan dua perangkap lagi dalam proses pembuatan," terang Budi.


Septian
Belum ada deskripsi