[caption id="attachment_9750" align="aligncenter" width="1370"] Ilustrasi satwa liar di Indonesia yang terancam punah. Foto: Berbagai Sumber[/caption]
Gardaanimalia.com - Sekitar 66 juta tahun yang lalu, asteroid berdiameter 15 km menumbuk Bumi di lokasi yang saat ini menjadi Kawah Chicxulub di Semenanjung Yucatan, Meksiko. Tumbukan ini menjadi penyebab dari punahnya tiga perempat spesies hewan dan tumbuhan, termasuk di antaranya dinosaurus. Peristiwa ini, bersama dengan empat peristiwa sebelumnya, dikenal sebagai peristiwa kepunahan massal (mass extinction event) di mana biodiversitas Bumi turun secara signifikan pada waktu yang sangat singkat. Ilmuwan percaya, saat ini kita sedang berada pada kepunahan massal yang keenam.
Kepunahan massal yang keenam disebut juga sebagai kepunahan Antroposen (Anthropocene extinction) karena penyebab utamanya yang berasal dari aktivitas manusia (antropogenik). Ilmuwan memperkirakan bahwa laju kepunahan saat ini lebih cepat 100 hingga 1000 kali lipat dibandingkan dengan laju kepunahan normal (Gambar 1).((Ripple, W.J., Wolf, C., Newsome, T.M., Galetti, M., Alamgir, M., Crist, E., Mahmoud, M.I. Laurance, W.F. 2017. “World Scientists’ Warning to Humanity: A Second Notice”. BioScience. 67(12): 1026-1028. DOI: https://doi.org/10.1093/biosci/bix125))
[caption id="attachment_9745" align="aligncenter" width="1183"]
Gambar 1. Laju kepunahan spesies hewan sebelum 1900 (biru) dan pasca 1900 (merah). Dibandingkan dengan laju normal (background rate), laju kepunahan organisme mencapai 1000 kali lipat lebih tinggi (sumber gambar: Our World in Data, 2021).[/caption]
Laporan Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services tahun 2019 memperkirakan terdapat satu juta spesies hewan dan tumbuhan yang saat ini terancam punah, banyak dalam kurun waktu yang sangat dekat.((Staf. 2019. “Media Release: Nature’s Dangerous Decline ‘Unprecedented’; Species Extinction Rates ‘Accelerating’”. Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services. Diakses dari https://ipbes.net/news/Media-Release-Global-Assessment pada 23 Agustus 2021.)) Jika laju ini tidak dihentikan, 50% dari seluruh spesies hewan dan tumbuhan kompleks di muka Bumi akan punah pada tahun 2100.((Wilson, E.O. 2002. The Future of Life. Knopf: New York. 229 hal.))
Ilmuwan sudah tidak meragukan kalau aktivitas manusia adalah faktor utama dari kepunahan Antroposen ini. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi penyebabnya, yaitu perburuan berlebihan, penggunaan lahan yang tidak seimbang, dan pemanasan global.
Perburuan Berlebihan
Dalam ekosistem, manusia punya posisi yang unik dan berbahaya sebagai “unsustainable global super predator”.((Darimont, C.T., Fox, C.H., Bryan, H.M., Reimchen, T.E. 2015. “The unique ecology of human predators”. Science. 349(6250): 858-860. DOI: 10.1126/science.aac4249)) Karena teknologi yang dimilikinya, manusia menjadi predator puncak pada skala global yang mengancam populasi hewan dan tumbuhan di seluruh dunia. Selain itu, manusia memburu hewan dewasa dengan jumlah yang jauh lebih tinggi ketimbang predator lain. Karena jumlah hewan dewasa turun signifikan, banyak spesies tidak bisa bereproduksi dan mempertahankan populasinya. Karena itulah perburuan oleh manusia disebut unsustainable. Hal ini bisa dilihat pada kasus overfishing, yaitu aktivitas penangkapan ikan berlebihan hingga banyak spesies ikan tidak bisa lagi mempertahankan populasinya lewat reproduksi alami.((Coll, M., Libralato, S., Tudela, S., Palomera, I., Pranovi, F. 2008. “Ecosystem Overfishing in the Ocean”. PLoS ONE. 3(12): e3881. DOI: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0003881)) Overfishing tidak hanya mengancam spesies tertentu, tapi seluruh ekosistem laut. Metode penangkapan yang destruktif seperti penggunaan cantrang dan bahan peledak melenyapkan seluruh habitat di sekitarnya. Selain itu, overfishing yang terjadi pada predator puncak seperti hiu dan tuna menyebabkan ketidakstabilan seluruh sistem jaring-jaring makanan.Penggunaan Lahan
Pengalihfungsian daerah alami semakin meradang terjadi dan semakin banyak hewan liar yang kehilangan habitatnya. Saat ini, lahan yang dipakai untuk kegiatan agrikultur (50%) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan total tutupan hutan (37%).((Ritchie, H., dan Roser, M. 2013. “Land Use”. Our World in Data. Diakses dari https://ourworldindata.org/land-use#citation pada 23 Agustus 2021.)) Bahkan, sebuah penelitian menunjukkan hanya 3% dari seluruh habitat daratan di muka Bumi yang masih benar-benar tidak tersentuh oleh aktivitas manusia.((Plumptre, A.J., Baisero, D., Belote, R.T., Várquez-Dominguez, E., Faurby, S., Jedrzejewski, W., Kiara, H., Kühl, H., Benitez-López, A., Luna-Aranguré, C., Voigt, M., Wich, S., Wint, W., Gallego-Zamorano, J., Boyd, C. 2021. “Where Might We Find Ecologically Intact Communities?”. Frontiers in Forests and Global Change. 4: 626635. DOI: https://doi.org/10.3389/ffgc.2021.626635)) Luasan ini hanya sedikit lebih besar dari luas daratan Indonesia. Baca juga: Alasan Mengapa Tiong Nias Tak Boleh Punah Pergeseran fungsi lahan ini membawa ketidakstabilan biomassa di muka Bumi. Dari seluruh mamalia yang ada di darat, 60% merupakan hewan ternak (0,1 Gigaton karbon), 36% merupakan manusia (0,06 Gigaton karbon), sedangkan mamalia liar hanya mengisi sisa 4%-nya (0,007 Gigaton karbon) (Gambar 2). Selain itu, dari seluruh burung yang ada di dunia, 70% merupakan unggas ternak sedangkan hanya 30% yang merupakan burung liar.((Bar-on, Y.M., Phillips, R., Milo, R. 2018. “The biomass distribution on Earth”. PNAS. 115(25): 6506-6511. DOI: https://doi.org/10.1073/pnas.1711842115))((Carrington, D. 2018. “Humans just 0.01% of all life but have destroyed 83% of wild mammals—study”. The Guardian. Diakses dari https://www.theguardian.com/environment/2018/may/21/human-race-just-001-of-all-life-but-has-destroyed-over-80-of-wild-mammals-study pada 23 Agustus 2021.)) Perbandingan jumlah ini semakin tidak berimbang dengan persentase hewan liar yang semakin menurun drastis. [caption id="attachment_9746" align="aligncenter" width="1073"]
Pemanasan Global
Saat ini, pemanasan global merupakan ancaman terkuat dan penyebab utama dari kepunahan Antroposen, melampaui perburuan berlebihan dan penggunaan lahan.((Hansen, J., Khareca, P., Sato, M., Masson-Delmotte, V., Ackerman, F., Beerling, D.J., Hearty, P.J., Hoegh-Guldberg, O., Hsu, S., Parmesan, C., Rockstrom, J., Rohling, E.J., Sachs, J., Smith, P., Steffen, K., Susteren, L.V., von Schuckmann, K., Zachos, J.C. 2013. “Assessing "Dangerous Climate Change". Required Reduction of Carbon Emissions to Protect Young People, Future Generations and Nature”. PLoS ONE. 8(12): e81648. DOI: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0081648)) Pemanasan global terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2) dan metana (CH4) di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia, khususnya di bidang industri. Suhu Bumi yang meningkat mengakibatkan es kutub mencair dan menyusutnya habitat alami bagi hewan-hewan darat (Gambar 3). Di laut, tingginya suhu air dapat meningkatkan keasaman dan menurunkan kadar oksigen, membuat air laut beracun bagi organisme yang hidup di dalamnya.((Turley, C., Keizer, T., Williamson, P., Gattuso, J-P., Ziveri, P., Monroe, R., Boot, K., Huelsenbeck, M. 2013. Hot, Sour and Breathless—Ocean under stress. Plymouth Marine Laboratory, UK Ocean Acidification Research Programme, European Project on Ocean Acidification, Mediterranean Sea Acidification in a Changing Climate project,Scripps Institution of Oceanography at UC San Diego, OCEANA. 6 hal.)) [caption id="attachment_9747" align="aligncenter" width="928"]
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia merupakan habitat paling beragam di dunia bersama dengan Brazil.((“Indonesia Biodiversity Facts”. Convention on Biological Diversity. Diakses dari https://www.cbd.int/countries/profile/?country=idpada 23 Agustus 2021.)) Dengan hanya mencakup 1% dari seluruh daratan di Bumi, Indonesia memiliki 10% dari seluruh spesies tumbuhan, 12% dari seluruh spesies mamalia, dan 17% dari seluruh spesies burung di dunia. Ironisnya, Indonesia juga memiliki jumlah mamalia terancam punah (135 spesies) dan burung terancam (114 spesies) terbanyak dibandingkan negara-negara lainnya (Gambar 4).((Staf. “Indonesia’s Rainforests: Biodiversity and Endangered Species”. Rainforest Action Network. Diakses dari https://www.ran.org/indonesia_s_rainforests_biodiversity_and_endangered_species/ pada 23 Agustus 2021.)) [caption id="attachment_9748" align="aligncenter" width="1379"]
