Gardaanimalia.com – Satu individu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) betina diserahkan oleh warga Desa Beringin Makmur, Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kotawaringin Timur kepada Balai Konservasi Sumber Daya alam (BKSDA) Kalimantan Tengah pada Kamis (19/6/2025).
Serah terima orangutan yang diperkirakan sudah berusia 12 tahun ini dilaksanakan oleh tim Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun dan Orangutan Foundation-UK Indonesia.
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Muriansyah, menjelaskan bahwa warga Desa Beringin Makmur bernama Amel sudah memelihara orangutan ini sejak bayi.
“Menurut keterangan saudari Amel, orangutan tersebut mulai dipelihara sejak tahun 2014. Diberi minum susu, bubur bayi merek SUN, dan pisang. Orangutan tersebut ditemukan masih kondisi anak di hutan belakang rumahnya,” jelasnya kepada Garda Animalia, Jumat (20/6/2025).
Kepada petugas, Amel menerangkan, orangutan ditemukan sendirian tanpa induk. Satwa ini pertama kali ditemukan di hutan belakang rumah yang sudah ditebang untuk menjadi kebun kelapa sawit.
“Sebenarnya Amel tahu kalau orangutan tidak boleh dipelihara. Tapi karena tidak tahu mau diapakan (diserahkan ke mana) akhirnya dirawat,” ujar Muriansyah.
Muriansyah juga menjelaskan, kesadaran Amel untuk menyerahkan orangutan kepada pihak BKSDA karena primata endemik Kalimantan itu sudah mulai agresif.
“Orangutannya merusak kandang, bahkan merusak isi rumah (lemari, kulkas, dan lainnya),” lanjutnya.
Kini, orangutan telah berada di Pangkalan Bun dan akan menjalani pemeriksaan oleh tim medis sebelum direhabilitasi.
Secara Alami Orangutan Berperilaku Liar
Menanggapi kejadian perilaku orangutan yang agresif, dokter hewan dari Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), drh. Andini Nurillah menjelaskan bahwa hal tersebut bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan hal yang lumrah bagi satwa liar.
“Sebenarnya, sih, itu bukan dia tiba-tiba berubah perilaku, ya. Karena orangutan itu satwa liar. Bagaimana pun kita mendomestikasi dia, dia tetap punya sifat liar, apalagi jika di-treatment tidak benar, seperti ditaruh di kandang dan tidak memiliki kebebasan sebagaimana mestinya orangutan di alam liar. Sifat liarnya pasti akan muncul.” ujar drh. Andini saat dihubungi Garda Animalia, Jumat (20/6/2025).
Bahkan, drh. Andini juga menekankan bahwa kemungkinan orangutan mengalami stres karena di usia tersebut orangutan telah memasuki kategori sub-dewasa. Pada usia sub-dewasa ini, orangutan membutuhkan aktivitas fisik di ruang yang lebih luas seperti hutan.
”Karena dia orangutan betina, berbeda dengan orangutan jantan. Kalau orangutan jantan pasti ada tendensi untuk mau kawin, orangutan betina ada kemungkinan seperti itu, tetapi kecil. Paling mungkin dia stres dengan situasi dalam rumah sehingga akan muncul perilaku liar,” papar drh. Andini
Sebagai penutup, drh. Andini juga menyampaikan bahwa orangutan harusnya tidak tinggal bersama manusia karena jika mereka merasa terancam maka sifat agresifnya akan muncul.
“Bahkan ketika dia diasuh dengan cara disayang-sayang, dipeluk, diajak tidur bersama, itu tetap berisiko. Karena pada dasarnya, dia tetap satwa liar,” tegasnya.