[caption id="attachment_22196" align="aligncenter" width="1066"] Seekor harimau di Medan Zoo. Kematian beruntun harimau di kebun binatang tersebut ditengarai karena kondisi kandang yang buruk. | Foto: Dok. Wildlife Whisperer of Sumatra[/caption]
Gardaanimalia.com - Seekor harimau benggala (Panthera tigris tigris) bernama Wesa mati di Medan Zoo, pada Senin (22/1/2024).
Wesa merupakan harimau keempat yang mati di kebun binatang tersebut dalam kurun tiga bulan. Berita kematian Wesa diutarakan Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumatra Utara Fifin Nopiansyah.
"Wesa mengalami dubius-infausta. Jadi sakitnya sudah kronis," kata Fifin pada Jumat (26/1/2024), mengutip CNN Indonesia.
Dalam dunia medis, istilah dubius mengacu pada kondisi satwa yang diragukan bisa sembuh dari penyakit. Sementara, infausta berarti penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Belum ada informasi mengenai penyakit apa yang menjangkit Wesa.
Dengan kematian Wesa, tersisa sembilan ekor harimau yang ada di Medan Zoo. Jumlah ini meliputi 5 ekor harimau benggala dan 4 ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Banyak di antaranya dalam kondisi tidak sehat.
"Di Medan Zoo yang sakit hampir semua. Jadi, memang kondisinya kurang baik berdasarkan hasil tim medis kita yang melakukan pemeriksaan ke sana. Tapi memang harimau Wesa dan Bintang Sorik yang posisinya paling parah," katanya.
Bintang Sorik atau Binsor merupakan harimau sumatera yang juga dalam kondisi dubius-infausta, mengutip BBC Indonesia.
Berbagai pihak menyoroti kelayakan Medan Zoo sebagai Lembaga Konservasi. Kondisi kebun binatang dinilai buruk, termasuk kandang tidak layak dan pendanaan minim untuk membeli pakan.
Kondisi tersebut, menurut Fifin, berdampak pada harimau yang sakit di Medan Zoo.
"Selain itu, Medan Zoo juga tidak punya tenaga medis. Untuk tenaga medis harus didatangkan dari BKSDA dan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) yang secara reguler melakukan pengecekan," katanya.


Aditya
Belum ada deskripsi