[caption id="attachment_21511" align="aligncenter" width="1600"] Foto bersama narasumber dan peserta Nobar dan Diskusi Film Dokumenter Jerat Terakhir dan Derap Tobat di Bandung Creative Hub, Minggu (3/12/2023). | Foto: Garda Animalia[/caption]
Gardaanimalia.com - Garda Animalia bersama Lingkar Inisiatif, OAK Foundation, FOKASU, dan Universitas Padjadjaran menggelar acara screening film dokumenter Jerat Terakhir dan Derap Tobat.
Penayangan perdana film dokumenter tersebut dilaksanakan di Bandung Creative Hub pada Minggu (3/12/2023) dan Universitas Padjadjaran pada Senin (4/12/2023).
Pemutaran film ini disambut dengan antusias oleh berbagai komunitas masyarakat. Tercatat 70 penonton hadir di Bandung Creative Hub dalam acara bertema "Sadar Kawasan, Lestari Satwa, Selamatkan Lingkungan".
Acara dibuka dengan suguhan aksi pantomim oleh seorang seniman ternama Wanggi Hoed. Lalu, diikuti dengan pemutaran film Jerat Terakhir.
Film dokumenter ini mengisahkan tentang mantan pemburu harimau sumatera yang telah memilih berhenti dari aktivitas berburu. Ia akrab disapa Datuk Mawi.
Kini, Datuk Mawi beralih menjadi pelindung harimau sumatera. Salah satu cara yang dilakukannya adalah mengajak para pemburu lain untuk berhenti melakukan perburuan satwa.
"Mari kita jaga harimau kita," begitu pesan yang disampaikan Datuk Mawi dalam film dokumenter tersebut.
Setelah itu, penonton langsung disuguhkan dengan sebuah film yang tak kalah apik berjudul Derap Tobat. Film ini menceritakan mantan pemburu bernama Maurits dan Alvian.
Mereka dulu sering berburu satwa langka, salah satunya adalah burung cendrawasih. Namun, kini nama mereka justru dikenal sebagai pemandu ekowisata.
Bagi Maurits dan Alvian, memanfaatkan satwa tidak harus dengan cara diburu, tapi dapat dilakukan dengan upaya pelestarian satwa di alam.
Dengan kata lain, keindahan dan kekayaan hutan Papua tersebut dapat dijadikan ekowisata yang menghasilkan pundi-pundi rupiah, dan tidak merusak alam.
Salah satu pesan yang disampaikan melalui kedua film dokumenter ini adalah pentingnya sebuah kesempatan untuk para pemburu yang telah sadar dan bertobat agar dilibatkan dalam upaya konservasi.
Tak hanya itu, dalam acara screening film dokumenter ini, penyelenggara juga membuka ruang diskusi dengan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang.
Ada seorang mantan pemburu harimau Datuk Mawi, Akademisi Universitas Winaya Mukti Raizal Fahmi, Film Maker dan Director Derap Tobat Dicky Nawazaki.
Kemudian, ada juga seorang penulis buku Sadar Kawasan, yaitu Pepep DW, Redaktur Garda Animalia Liana Dee, dan Ketua Lingkar Inisiatif Iswadi.
Kegiatan yang dipandu oleh Sigit Rimba ini mendapat respons dari para peserta yang hadir. Salah satu peserta bertanya, "Bagaimana menarik generasi Z untuk terlibat dalam isu kelestarian satwa?"
Menurut Dicky Nawazaki, cara yang bisa dilakukan untuk menggaet anak muda salah satunya adalah melalui film.
Lebih lanjut, Raizal Fahmi berpesan agar film ini dapat memberikan perspektif baru bagi masyarakat dalam memanfaatkan satwa secara berkelanjutan.
"Saya berharap remaja saat ini dapat memetik makna film ini sehingga ikut berperan penting menjaga hutan," ucapnya, Minggu (3/12/2023).
Diskusi Asyik di Universitas Padjadjaran
[caption id="attachment_21512" align="aligncenter" width="1600"]