[caption id="attachment_16962" align="aligncenter" width="800"] Seekor buaya yang diduga konflik dengan warga bernama Zainal Bin Tahar diamankan oleh Basarnas. | Foto: Antara/HO-Basarnas Pekanbaru[/caption]
Gardaanimalia.com - Dua petani sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti diduga berkonflik dengan buaya dalam dua hari berturut-turut. Keduanya ditemukan pada Senin (26/12) dengan anggota tubuh sudah tidak lengkap.
Kepala BBKSDA Riau, Genman S. Hasibuan menyatakan bahwa maraknya interaksi negatif antara manusia dan hewan melata ini merupakan akibat dari gangguan habitat buaya.
"Berdasarkan pengamatan tim di lapangan, ada pengolahan dari sagu yang membuang limbah ke dalam sungai yang mengganggu habitat buaya yang ada di sana," terangnya, Selasa (27/12).
Perisitwa konflik pertama terjadi pada Sabtu (24/12/2022) di Sungai Suir Kiri, Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur.
Korban bernama Slamet Ma’arif (37), warga Desa Kriting, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Slamet ditemukan pada Senin pagi, 1,5 kilometer dari lokasi kejadian dengan kondisi kedua tangan terputus.
"Korban ditemukan dalam kondisi tertelungkup dengan pakaian masih utuh," ucap Kepala Basarnas Pekanbaru, I Nyoman Sidakarya (26/12).
Kronologi kejadian dikabarkan oleh Kepala Unit Siaga SAR Kepulauan Meranti, Yoffi Arianto. Ia menerangkan bahwa korban hilang ketika menaikkan tual sagu ke atas kilang.
Sebelum korban ditemukan, warga yang geram menangkap buaya yang dianggap memangsa warga dengan menggunakan jasa pawang.
Mereka memilih untuk membuka perut buaya, walaupun pawang sudah memberi tahu bahwa buaya itu bukan pemangsanya. Setelah dibuka, ternyata perut buaya tersebut kosong.


Finlan Aditya
Belum ada deskripsi