Berita

BKSDA Turunkan Ahli Atasi Konflik Warga dan Monyet

8 Februari 2023|By Hastini Asih
Featured image for BKSDA Turunkan Ahli Atasi Konflik Warga dan Monyet

[caption id="attachment_18303" align="aligncenter" width="847"]Ilustrasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). | Foto: Jungle Sumatra Ilustrasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). | Foto: Jungle Sumatra[/caption] Gardaanimalia.com - BBKSDA Sumatra Utara (Sumut) merespon konflik antara monyet ekor panjang dan petani yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Utara. Kepala Seksi Wilayah IV Tarutung, BBKSDA Sumut, Manigor Lumbantoruan mengatakan, pihaknya akan segera menindaklanjuti hal itu dengan menurunkan tim ahli. "Setelah kami diskusikan, kami putuskan untuk segera berkoodinasi dengan Yayasan Scorpion guna mencari solusi," ujar Manigor, Selasa (7/2/2023). Dilansir dari Medanbisnisdaily, Dirinya menambahkan, pihak BKSDA bersama Yayasan Scorpion akan turun ke lokasi dalam minggu ini. Untuk sementara, Manigor memberikan saran kepada para petani untuk mengusir kawanan monyet dengan menggunakan bunyian petasan. "Menunggu tim ahli datang ke lokasi, kami sarankan kepada petani untuk membunyikan petasan," sambungnya. [caption id="attachment_18302" align="aligncenter" width="1280"]Tanaman nanas milik petani di Desa Pohan Jae, Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara. | Foto: Metro Rakyat Tanaman nanas milik petani di Desa Pohan Jae, Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara. | Foto: Metro Rakyat[/caption] Sebelumnya, ratusan hektare tanaman jagung dan nanas milik masyarakat rusak karena interaksi negatif dengan mamalia bernama latin Macaca fascicularis tersebut. Kerusakan itu tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara, seperti di Kecamatan Siborongborong dan Kecamatan Sipahutar. Kepala Desa Pohan Jae, Kecamatan Siborongborong, Demas Simanjuntak mengaku kedatangan kawanan primata itu mulai terasa sejak dua tahun terakhir. Namun, semakin masif pada setahun belakangan ini. Demas juga mengungkapkan, jika dikalkulasi kerusakan ladang jagung dan nanas di Desa Pohan Jae mencapai lebih dari 200 hektare. Angka itu belum termasuk kerusakan yang terjadi di Desa Pohon Julu yang berbatasan dengan Desa Pohon Jae. Ia menyebut, desanya juga berbatasan dengan Kecamatan Sipatuhar. Kecamatan itu, ungkapnya, merupakan sentral produksi nanas. "Desa kami berbatasan dengan Kecamatan Sipahutar, juga merupakan sentral produksi nanas. Warga petani di kecamatan tetangga juga mengalami hal yang sama," kata Demas.

Hastini Asih

Hastini Asih

Belum ada deskripsi

Related Articles