5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan

3 min read
2021-06-28 10:10:06
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Pada bulan Juni 2021 media sosial diramaikan oleh rencana pembukaan pertambangan emas di Sangihe, Sulawesi Utara. Hal ini memunculkan kekhawatiran dari berbagai pihak. Keberadaan pertambangan emas dikhawatirkan akan mengahancurkan hutan di dalamnya dan mengekploitasi habitat satwa liar termasuk burung endemik Sangihe.

Dikutip dari BBC.com bahwa perusahaan Tambang Emas Sangihe (TMS) telah mengantongi izin lingkungan dan izin usaha produksi pertambangan emas di gunung purba seluas lebih dari 3.500 hektare, dari total 42.000 hektare izin wilayah yang meliputi setengah bagian selatan Pulau Sangihe. Padahal, kawasan tersebut merupakan rumah bagi banyak satwa endemik langka.

Garda Animalia merangkum beberapa jenis burung yang hanya dapat ditemui di Kepulauan Sangihe yang populasinya kian menurun bahkan ada yang masuk dalam daftar satwa dilindungi. Daftar ini tentu hanya sebagian kecil dari jenis flora dan fauna yang ada di Sangihe.

1. Burung madu sangihe (Aethopyga duyvenbodei)




Burung madu sangihe atau yang memiliki nama lain elegant sunbird adalah burung kecil yang hanya memiliki ukuran tubuh 12 sentimeter. Masyarakat sekitar sering menyebut burung ini dengan nama burung sarimisi bamburaeng. Oleh peneliti burung ini dijuluki sebagai pematah leher karena gerakannya gesit sehingga susah untuk diamati dan kebiasaan burung ini berada di atas pohon yang cukup tinggi.

Warna  bulunya cukup mencolok dan cerah. Pada burung jantan memiliki bulu penutup telinga dan tengkuk ungu-kemerahan, bermahkota hijau-biru metalik, serta punggungnya berwarna zaitun kekuningan. Sementara, pada betina warnanya lebih pucat dan memiliki mahkota bersisik. Burung ini hidup dalam kelompok kecil terkadang menyendiri atau berpasangan dan dapat ditemui di perkebunan-campuran, kebun kelapa, dan pinggir hutan yang berdekatan dengan hutan primer pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

Seperti namanya, makanan utama burung ini adalah nektar atau madu yang di dapat dari bunga. Selain itu, mereka juga memakan serangga kecil dan laba-laba. Suara burung ini terdengar cenderung tinggi.

Karena burung madu sangihe merupakan burung endemik maka persebarannya hanya di sekitar Kepulauan Sangihe dan pulau kecil di sekitar Sulawesi Utara, antara lain kawasan Gunung Awu, Pegunungan Sahendaruman, Tabukanlama, Petta, Tahuna, Ulung Peliang dan juga di kawasan Kedang.

Saat ini, IUCN menetapkan status konservasi burung madu sangihe adalah (Endangered/EN) dengan tren populasi terus menurun. Burung ini juga masuk dalam jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

2. Anis-bentet sangihe (Colluricincla sanghirensis)




Burung yang hanya memiliki ukuran sekitar 17-19 sentimeter  ini juga menjadi burung yang populasinya juga terancam. Burung yang habitatnya di puncak Gunung Sahendaruman selama ini mendapat ancaman dari adanya penangkapan berlebihan dan sekarang ditambah dengan kemungkinana adanya perusakaan hutan akibat pertambangan. Terlebih lagi, Menurut Ganjar Cahyo Aprianto, seorang peneliti dari Burung Indonesia, spesies ini hanya dapat berkembang biak di alam.

Burung yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama sohabe cokelat memiliki bulu berwarna coklat zaitun pada bagian atas, coklat tua pada bagian bahu dan bawah punggung. Tubuh bagian bawah berwarna coklat pucat yang membias kekaratan pada bagian perutnya serta memiliki kaki hitam. Suara yang dikeluarkan oleh anis-bentet sangihe terdengar seperti pengulangan yang lembut.

Populasinya tidak banyak di alam liar, hanya sekitar 92 sampai 225 individu yang hidup di puncak pegunungan Sahendaruman. Dalam IUCN burung ini mempunyai status konservasi critically endangered. Sempat masuk dalam daftar burung yang dilindungi, Anis-bentet sangihe kemudian dikeluarkan dari daftar tersebut pada September 2018 melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 20/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/8/2018.

3. Seriwang sangihe (Eutrichomyias rowleyi)




Seriwang sangihe dengan nama ilmiah Eutrichomyias rowleyi atau yang dikenal masyarakat sebagai burung niu yang merupakan burung yang habitatnya hanya ada di Pulau Sangihe. Burung berukuran 18 sentimeter ini sempat dianggap punah karena keberadaannya tidak tercatat sejak tahun 1873 hingga tahun 1998.

Burung ini cukup sulit untuk dijumpai karena habitatnya spesifik dan hanya tinggal di hutan primer tepatnya lereng lembah curam atau di dasar lembah dekat sungai.

Baca juga: Jangan Tangkap Apalagi Pelihara 5 Jenis Burung Kehicap Dilindungi

Ciri khas dari burung endemik sangihe ini adalah tubuh bagian atasannya didominasi warna biru agak gelap dari kepala hingga ekor dan bagian bawahnya abu-abu kebiruan. Dapat diketahui pula pada burung muda memiliki ciri khusus pada ekornya yang pendek dan berwarna abu-abu.

Dalam IUCN, seriwang sangihe sudah dimasukkan dalam kategori critically endangered yang artinya selangkah lagi menuju kepunahan. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, juga menyebut bahwa seriwang sangihe merupakan jenis yang dilindungi. Dengan statusnya yang kritis ini, burung Seriwang sangihe diperkirakan hanya terdapat kurang dari 150 ekor di alam liar.

4. Serindit sangihe (Loriculus catamene)




Serindit sangihe adalah jenis burung paruh bengkok yang kecil dan memiliki ukuran tubuh rata-rat 12 sentimeter. Burung ini cukup mudah dikenali karena warna tubuhnya yang cukup khas yaitu berbulu dominan hijau dengan tunggir, ujung ekor, dan penutup ekor bawah merah. Selain itu, serindit sangihe jantan memiliki dahi serta tenggorokan merah.

Jenis burung ini sering dijumpai dalam kelompok kecil atau hanya sendiri. Kelompok yang dibuat paling banyak empat ekor.

Serindit sangihe merupakan burung penetap yang biasanya hidup di hutan primer dan sekunder. Burung ini dapat ditemukan di kawasan hutan tebang pilih, tepi hutan, mangrove, perkebunan kelapa dan kebun masyarakat. Makanan utama adalah nektar dari bunga kelapa.

Sejak tahun 1990 serindit sangihe dianggap burung yang tidak umum dijumpai. Itulah yang membuat burung ini ditetapkan sebagai burung yang terancam punah dengan status vulnerable atau rentan. Peneliti pada tahun 1998-1999 membuktikan bahwa serindit sangihe menjadi burung endemik Kepulauan Sangihe  karena mereka cukup umum ditemukan di sana.

Populasinya diperkirakan berjumlah 6.700 – 31.000 ekor individu dewasa.Terkait penemuan baru tersebut, status burung serindit sangihe kemudian diturunkan satu level menjadi near threatened atau hampir terancam. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, serindit sangihe termasuk bururng yang dilindungi.

5. Celepuk sangihe (Otus collari)




Celepuk sangihe merupakan salah satu burung endemik Pulau Sangihe. Tubuhnya berukuran kecil dengan panjang sekitar 19,5 sentimeter. Hampir memiliki kemiripan dengan celepuk Sulawesi lainnya.

Warna bulunya didominasi cokelat kusam, dengan mata berwarna jingga atau kuning dengan berkas telinga berukuran sedang. Suara yang dikeluarkan identik dengan bunyi nada lebih tinggi, jauh lebih merdu, lebih jelas dan mengalun serta bersambung daripada celepuk sulawesi. Setiap siulan berselang waktu 0,7 detik.

Penyebaran celepuk sangihe hanya berada di Kepulauan Sangihe mulai dari dataran rendah sampai tepi hutan di puncak Gunung Sahengbalira. Ditemukan juga di habitat semi alami seperti tepi perkebunan campuran dengan bambu dan semak sebagai vegetasi tepi. Makanan utama dari celepuk sangihe sama seperti jenis celepuk lainnya yaitu serangga dan binatang kecil.

Dalam daftar merah IUCN, celepuk sangihe memiliki status risiko rendah sedangkan pada status perdagangan internasional memiliki status appendix II. Di Indonesia, burung hantu jenis ini juga masuk dalam daftar satwa dilindungi yang langka.

Tags :
anis bentet sangihe Sangihe Seriwang Sangihe Celepuk Sangihe Serindit Sangihe
Writer:
Pos Terbaru
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Berita
02/05/25
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Berita
02/05/25
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Berita
02/05/25
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Berita
30/04/25
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Berita
30/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Liputan Khusus
29/04/25
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Berita
29/04/25
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Berita
28/04/25
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Berita
28/04/25
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Berita
27/04/25
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Berita
26/04/25
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Berita
25/04/25
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Berita
25/04/25
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Berita
24/04/25
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Berita
24/04/25
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Berita
23/04/25
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Berita
22/04/25
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Berita
21/04/25
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Berita
18/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Berita
18/04/25