Pengakuan Dosa Pemburu Burung: Berdalih Selamatkan Populasi

Muhammad Jaya
3 min read
2024-04-03 13:42:41
Iklan
Nuri Kepala Hitam (Lorius lory). | Foto: /Muhammad Jaya



Gardaanimalia.com - Dari punggung bukit kawasan penyangga Taman Nasional Manusela, Nason Sapulete berdiri mengamati kawanan burung paruh bengkok yang hilir mudik di depannya.

Pemandangan ini, lazim bagi Sony, sapaan karib mantan pemburu tersebut. Berselang 20 menit, awan lembab perlahan-lahan membungkus hutan Negeri Masihulan, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, di suatu sore awal Juli 2022.

Sony belum beranjak walaupun pandangannya ikut terhalang. Berjarak 2 meter, terlihat menjulur kepala melewati pagar pembatas beranda home stay. Ternyata, ia menguping kicauan burung bersahutan dalam kabut pekat.

Kepada Tirto, sontak Sony menyebut jenis-jenis paruh bengkok: suara kicauan perkici hijau, kakatua maluku, dan perkici merah.

Tebakan tak meleset. Tiba-tiba, 2 perkici merah yang disebut terakhir mendarat sempurna pada ranting pohon matoa merah. Hanya berjarak 4 meter, dari tempat ia berdiri. "Itu pohon sarang perkici merah," jelasnya.

"Daging pohonnya lembut, biasa dijadikan sarang dan makanan bagi semua burung paruh bengkok." Total 12 pohon yang direhabilitasi oleh Sony, berjenis matoa merah, male-male, ulisane dan kenari.

Pohon jenis itu, sarang bagi burung paruh bengkok. Menjulang 40-70 meter dan diameter berkisar antara 30-50 sentimeter. Masing-masing pohon, tercantum nama satwa. Berlokasi dalam lahan keluarga seluas 12 hektare, di perbukitan Morite–kawasan peyangga Taman Nasional Manusela.

Di lokasi itu pula dibangun dua home stay. Dijadikan ekowisata: pengamatan burung, sarang parrot, kupu-kupu dan pendidikan alam.

Awalnya, ide lelaki 52 tahun ini dianggap "gila", diremehkan dan jadi bahan gunjingan. Ia tetap berkeras hati. "Melanjutkan observasi pola perilaku burung," ceritanya.

Bagi Sony, jalan yang dipilih saat itu ialah jalan menebus keserakahan dan tamak terhadap alam di masa lalu.


Bertobat setelah Keluar Terungku


Sebelumnya, Sony dan mantan para pemburu bekerja di Pusat Rehabilitasi Satwa atau PRS Masihulan, kini ditutup. Tapi ia tak fokus dan keluar setelah mengabdi selama 2003-2004.

Saat bersamaan, turis asing kerap kali datang amati si paruh bengkok. Kedatangan turis, tak lepas dari pendekatan Ekowisata Birdwatching, digagas Ceisar Riupassa, Ketua Yayasan Wallacea Maluku. Tujuannya, mengalihkan mata pencarian para pemburu.

Meski telah mendapat uang tambahan atas jasa mengantar tamu, sesekali Sony masih berburu.

Titik baliknya 2005, rasa bersalah bercampur aduk terus menghantuinya. Memuncak setelah keluar terungku Rumah Tahanan Negara Kelas II b Masohi, terkait kasus pembalakan di kawasan konservasi.

Empat bulan, menjalani hukuman akhirnya Sony jerah. Serentak pikirannya melompat balik mengenai tindak-tanduk di tahun 1980-an sampai 1999-an.

Sepanjang tahun itu, masif memburu burung paruh bengkok. Kepiawaian berburu, diturunkan oleh ayah dan almarhum kakaknya. Karena Keasyikan berburu, Sony akhirnya berhenti sekolah pada jenjang SMP.

Ditambah pengalaman selama PRS, membuat Sony merasa lebih bersalah. Analogi baginya, burung yang terkurung dalam sangkar mirip dirinya sewaktu di bui. Maka timbul ide, membuat pengamatan burung liar.

"Di bui saja beta [saya] jenuh, apalagi burung yang terkurung menahun. Terkadang buluh burung rontok, tersisa hanya kulit," kata Sony menjelaskan pengalamannya.

Seiring waktu, ia rutin mengobservasi lahan keluarga, dimulai tahun 2015. Pertama-tama, mengamati sarang burung paruh bengkok. Setelah itu, menandai pohon yang biasa disinggahi.

Kala Jasa Sony Dipakai Peneliti asal Jerman


Sony menggebu-gebu kala peniliti asal Jerman, Mr Olaf Snayder meminta bantuannya memantau siklus burung paruh bengkok saat bertelur hingga menetas termasuk meniliti pola perilaku sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan, kata Sony, burung paruh bengkok keluar dari sarang untuk mencari pakan pada jam 6 pagi dan kembali jam 6 sore.

Makanannya buah durian, kelapa, ulat pohon, pisang, kulit kayu, kenari, manggis hutan dan bunga. Selain mengandalkan pakan alam, Sony juga menanam pohon pisang agar burung tak pergi jauh.

Untuk musim burung bertelur, awal Juni hingga akhir September. Dalam rentang itu, kakatua maluku cenderung meninggalkan telurnya dalam sarang.

Berbeda dengan nuri bayan, bersiaga menunggu sampai telur menetas dan anaknya terbang. Perbedaan lain, nuri bayan setia pada satu pohon sarang sementara kakatua maluku berpindah-pindah pohon membuat sarang baru.

Namun terkadang, satu pohon ditempati kakatua maluku, nuri bayan dan betet sekaligus. "Apabila pohon sekitar hutan tak layak dijadikan sarang. Walau begitu, tiga satwa itu tetap rukun," jelas Sony.

"Untuk satwa predator, salah satunya rangkong, pemakan telur kakatua maluku. Ukuran sarang yang besar sehingga mudah diterobos."

Menurut Sony, di antara jenis burung baruh bengkok, kakatua maluku pintar dan bersih. Terlihat ketika membuat sarang, pohon dipilih harus tinggi dan ranting pohon lain tidak bisa mepet. Tujuannya, agar mudah memantau predator.

Dari kerja keras lelaki bergaya parlente ini, turis mancanegara sering mengunjungi tempatnya, meniliti atau sekedar foto burung. Bahkan dijadikan pendidikan alam bagi mahasiswa.

Meski begitu, duit hasil kerja kerasnya tidak dinikmati sendiri. Sony ikut berbagi. "Bila tamu datang, diarahkan ke lahan warga melihat burung sekaligus difoto. Sehari dibayar Rp100 ribu," ungkapnya.

Dukungan terhadap Sony terus mengalir. Bantuan finansial dari Balai Taman Nasional Manusela dan Perusahan Listrik Negara. Dipakai membangun dua unit home stay dan infrastruktur penunjang lainnya.

Harapan terakhirnya, lokasi ekowisata dijadikan kawasan ekosistem esensial.

***

"Sebut saja katong (kita) penjahat," tegas Buce Makatita, nada suaranya melengking mengulang tiga kali kalimat tersebut.

Lelaki semampai itu, pemanjat dan pemburu ulung pada masanya. Ia leader di kala berburu. Pohon menjulang setinggi 30-40 meter, dipanjat. Terkadang tanpa menggunakan alat bantu.

Target utama perburuan, kakatua maluku dan nuri kepala hitam. Seminggu di hutan bersama komplotannya, bisa 50 ekor burung terjerat. Tapi, kata Buce, mendapat burung sebanyak itu jika kawasan hutan baru pertama kali di jelajah.

Hutan Taman Nasional Manusela, medan perburuan si paruh bengkok. Populasi burung, tersebar di kawasan Ili. Lokasi berburu juga berpindah-pindah hingga Hulu Sungai Sapalewa dan Nua termasuk di Soulia, hutan Ibu Kota Kecamatan Seram Utara, Maluku Tengah.

Buce melakoni aktivitas sepanjang 1991-1996. Ia berhenti lantaran dorongan Stewart Metz dan Bonie Zemerna, yang sering datang di Masihulan, tempat Buce dan Sony bermukim untuk mengamati buruh paruh bengkok di kawasan konservasi. Melalui bule itu pula PRS Masihulan didirikan.

Akibat kerusahan melanda Maluku 1999, turis pernah datang lagi. "Karena kesulitan keuangan, maka saya berburu lagi," ujarnya.

Buce mengatakan, setop total tahun 2003. Kemudian masuk mengabdi menjaga burung di PRS. "Kini melihat burung, seperti anak sendiri," jelasnya.

Bersama para pemburu, Buce membangun pos pemantauan burung paruh bengkok di Negeri tersebut. Plafonnya, dibuat di atas pohon menjulang setinggi 40 meter, banyak digandrungi wisatan lokal maupun mancanegara.


Dulu Memburu, Kini Mengejar Pemburu


Buce, kini berstatus pegawai kontrak Balai Taman Nasional Manusela. Meski begitu, ia masih tergabung dalam mitra polisi kehutanan.

Selain Buce, ada juga Jimmy Souhaly dan David David Suakalune. Bertugas menjaga kawasan Taman Nasional Manusela dari para pemburu burung.

David bercerita, pernah mengejar seorang warga di kawasan karena kedapatan berburu burung kakatua maluku dan nuri kepala hitam.

"Waktu itu saya, Om Buce, Sony dan Jemmy, sementara berpatroli dalam kawasan," ujarnya. Tiba-tiba, melihat pemburu sementara menangkap burung di Ili, kawasan konservasi.

"Pemburu kita ditangkap dan 3 ekor burung langsung di lepas liar."

Berbeda dengan Jimy, ia memilih berhenti berburu karena khawatir generasi berikut tak lagi melihat si paruh bengkok. Baginya, jika terus berburu populasi akan habis dan hanya menjadi cerita rakyat.

"Bahwa di Masihulan dulu banyak burung kakatua maluku dan jenis burung lainnya," katanya.

Setelah bergabung di Mitra Polisi Kehutanan, perlahan-perlahan Jimy mengerti betapa penting burung paruh bengkok untuk alam.

Olehnya itu, Jimmy berkomitmen menjaga polulasi burung paruh bengkok. "Saya menyampaikan ke generasi berikutnya jangan pernah berburu, tidak baik," tandasnya.

***

Artikel ini merupakan kolaborasi antara Tirto.id, Jaring.id, Mongabay Indonesia, Mayung.id dan BandungBergerak.id dalam program Bela Satwa Project, diinisiasi Garda Animalia serta Auriga Nusantara.

Tags :
perburuan Maluku Utara parug bengkok taman nasional manusela
Writer: Muhammad Jaya
Pos Terbaru
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Berita
02/05/25
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Berita
02/05/25
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Berita
02/05/25
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Berita
30/04/25
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Berita
30/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Liputan Khusus
29/04/25
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Berita
29/04/25
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Berita
28/04/25
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Berita
28/04/25
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Berita
27/04/25
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Berita
26/04/25
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Berita
25/04/25
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Berita
25/04/25
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Berita
24/04/25
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Berita
24/04/25
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Berita
23/04/25
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Berita
22/04/25
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Berita
21/04/25
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Berita
18/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Berita
18/04/25