Cegah Zoonosis, Pengamatan Tidak Langsung Manfaatkan Ekolokasi Kelelawar Pemakan Serangga

Azenobia
3 min read
2025-02-05 06:10:03
Iklan
Kelelawar sering kali dikaitkan dengan berbagai penyakit menular yang memiliki dampak signifikan pada manusia, termasuk penyakit menular yang sudah terkonfirmasi, yaitu ebola, marburg, nipah, sindrom pernafasan akut parah (SARS - Severe Acute Respiratory

Gardaanimalia.com - Kelelawar merupakan salah satu hewan yang menjadi reservoir alami untuk beberapa virus terkonfirmasi.

Mamalia nokturnal ini sering kali dikaitkan dengan berbagai penyakit menular yang memiliki dampak signifikan pada manusia, termasuk penyakit menular yang sudah terkonfirmasi, yaitu ebola, marburg, nipah, sindrom pernafasan akut parah (SARS - Severe Acute Respiratory Syndrome) dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS – Middle East Respiratory Syndrome).

Beberapa tahun terakhir, kelelawar memiliki peran dalam penyebaran transmisi zoonosis. Meskipun pelaporannya tidak banyak, tetapi penyebaran virus harus tetap diwaspadai dan diminimalisir kemungkinannya. 

Salah satu spesies kelelawar pemakan serangga (Sub-ordo Mircochiroptera) yang menjadi transmisi zoonosis adalah kelelawar tapal kuda (Rhinolophus affinis).

Spesies ini tersebar di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, Hongkong, India dan beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pada 1950-an, rabies kelelawar pertama kali terdeteksi dan dideskripsikan. Tingginya metabolik kelelawar diduga meningkatkan dan/atau membantu proses aktivasi sistem imun kelelawar.

Secara keseluruhan, kelelawar memiliki komponen sistem imun yang mirip dengan manusia, tetapi memiliki pola imun yang berbeda, di antaranya respon interferon terhadap infeksi virus.

Penelitian kelelawar terkait zoonosis di Indonesia masih terbilang rendah. Maka dari itu, pengetahuan mengenai dampak zoonosis terhadap penelitian kelelawar di Indonesia dirasa sangat penting untuk dipelajari.

Hal ini dimaksudkan agar terlihat seberapa besar potensi zoonosis yang dihadapi para peneliti terhadap objek penelitian kelelawar di Indonesia, upaya-upaya pencegahan penularan penyakit antar-peneliti dan kelelawar, serta mengetahui penggunaan teknik identifikasi dan pemantauan alternatif.

Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang memiliki kemampuan terbang.

Hewan ini aktif pada malam hari (nocturnal), dimulai dari terbenamnya matahari hingga sebelum matahari terbit.

Perilaku tersebut merupakan adaptasi dari bentuk sayapnya berupa selaput tipis yang memiliki korelasi dengan kemampuan terbang dan ekolokasi.

Pada spesies kelelawar pemakan serangga, mereka mengandalkan adaptasi dan sosialisasi menggunakan ekolokasi dengan frekuensi tinggi.

Kelelawar sub-ordo Microchiroptera memiliki kemampuan ekolokasi untuk membedakan sinyal mangsa dan vegetasi.

Selain mengandalkan ekolokasi, mereka juga menggunakan bentang sayap yang sempit sehingga mudah melakukan manuver terbang di habitat hutan yang rapat.

Sebelumnya, identifikasi kelelawar yang populer digunakan adalah dengan melakukan pemerangkapan.

Pemerangkapan kelelawar pemakan serangga dapat menggunakan jaring kabut (mist-net), perangkap harpa (harp-net) dan jaring tangan (hand-net).

Dengan menggunakan alat-alat yang sudah disebutkan di atas, kemungkinan penularan penyakit antara peneliti dan kelelawar sangat besar, karena saat melakukan identifikasi menggunakan morfometrik, peneliti harus melakukan kontak langsung dengan kelelawar yang terperangkap.

Namun, kelelawar tidak hanya dapat dipantau secara langsung (in direct), khususnya pada kelelawar pemakan serangga (Sub-ordo Microchiroptera).

Saat ini, identifikasi kelelawar pemakan serangga tidak hanya melalui morfometrik atau pengukuran tubuh pada kelelawar, melainkan memanfaatkan kemampuan ekolokasi. Karakteristik suara tersebut dapat menjadi kunci identifikasi kelelawar pemakan serangga. 

Dengan adanya kemampuan ekolokasi pada kelelawar pemakan serangga, peneliti dapat mengurangi kontak langsung dengan objek penelitian kelelawar.

Namun, metode ini terbilang baru untuk studi kajian kelelawar di daerah tropis, mengingat kajiannya dapat dikatakan masih sedikit.

Pemantauan kelelawar pemakan serangga dapat dilakukan menggunakan echometer (alat perekam ekolokasi kelelawar).

Sayangnya, spesies kelelawar pemakan serangga di Indonesia belum memiliki basis data rekaman ekolokasi kelelawar, sehingga pemantauan menggunakan ekolokasi belum dapat digunakan menjadi metode utama dalam pemantauan populasi di alam bebas. 

Tags :
kelelawar zoonosis pengamatan observasi satwa liar kelelawar tapal kuda
Writer: Azenobia
Pos Terbaru
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Berita
02/05/25
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Berita
02/05/25
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Berita
02/05/25
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Berita
30/04/25
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Berita
30/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Liputan Khusus
29/04/25
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Berita
29/04/25
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Berita
28/04/25
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Berita
28/04/25
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Berita
27/04/25
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Berita
26/04/25
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Berita
25/04/25
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Berita
25/04/25
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Berita
24/04/25
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Berita
24/04/25
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Berita
23/04/25
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Berita
22/04/25
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Berita
21/04/25
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Berita
18/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Berita
18/04/25