Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana

Irvan Sjafari
3 min read
2025-04-15 10:41:56
Iklan
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas). | Foto: Echo/Wanadri

Gardaanimalia.com - Pernahkah anda membayangkan tidur bertetangga dengan macan tutul (Panthera pardus melas) di hutan?

Ini bukan cerita film. Fotografer, peneliti hidupan liar, dan Dewan Pembina Yayasan Konservasi Gunung Prau Bernard T. Wahyu Wiryanta pernah mengalaminya saat berada di Gunung Prau.

“Pernah pas malam tidur di atas pohon, di paku sarang burung (Kadaka), ketinggian pohon lebih dari 10 meter, di pohon seberang ada macan tutul lagi tidur,” tutur Bernard ketika dihubungi Garda Animalia, Kamis (20/3/2025).

Namun, Bernard bertutur bahwa pada dasarnya macan tutul cenderung menghindari manusia. Satwa ini lebih memilih menyingkir atau kabur duluan.

Perjalanan Bernard di Gunung Prau didorong keingintahuan: apakah masih ada macan tutul jawa di kawasan ini? Ia pun mengaku ingin mempelajari perilaku javan leopard itu.

Ia mengaku sulit merekam macan tutul jawa dengan kamera DSLR. Langkah berikutnya, ia kemudian memasang camera trap untuk mendapat foto dan video, terutama perilaku macan tutul.

Bagi Bernard, hutan adalah laboratorium hidup untuk mempelajari macan tutul jawa. Tidak ada duka baginya ketika sedang asyik mempelajari top predator yang masih tersisa di Pulau Jawa ini.

“Sekalipun secara intens, tapi kami mulai bergiat di Gunung Prau secara serius sejak 2005, kemudian secara bersama-sama dengan teman-teman di lereng Prau melakukan kegiatan konservasi di sana. [Kegiatan] tempat terputus karena harus berkeliling Indonesia dan mengurus kegiatan lain di luar Pulau Jawa,” ujar pria yang jatuh hati pada dunia konservasi ini.  

Pada 2024, di peta kerja seluas 56 ribu hektar, Bernard dan timnya berkolaborasi dengan tim Java-Wide Leopard Survey (JWLS) yang dipimpin oleh Sintas.

Mereka memasang 160 kamera di 80 grid, dan sebagian besar merekam macan tutul jawa. Beberapa individu terekam bersama pasangannya, ada juga yang sedang mengasuh anak.

Jumlah pasti individu macan tutul jawa masih perlu menunggu laporan dari Tim JWLS setelah semua landscape selesai disurvei pada pertengahan 2026. 

Survei bukan hanya di Gunung Prau saja, tetapi di Landscape Gunung Prau–Petungkriyono.

Berapa pun jumlah populasi yang berhasil didata nanti, upaya konservasi harus segera dilakukan karena landscape ini adalah area hutan di luar kawasan konservasi.

Sangat jarang ada laporan konflik macan tutul jawa dengan manusia di Jawa Tengah. Hal ini dapat menunjukkan bahwa memang tidak ada konflik atau ada konflik yang tidak dilaporkan.

Minimnya konflik dengan manusia karena vegetasi dan tutupan lahan, serta preferensi satwa mangsa masih berlimpah sehingga macan tutul tidak turun ke permukiman manusia.

Selain di Gunung Prau-Petungkriyono, bersama dengan JWLS, Bernard juga ikut melakukan survei macan tutul jawa di Tangkuban Parahu Burangrang, Merapi, dan Merbabu.

Sebelumnya, mereka juga melakukan survei di Gunung Ungaran, Sindoro-Sumbing dan Dieng, Slamet, beberapa landscape di Banten, Halimun Salak, dan Gede Pangrango.

Sementara, di Sanggabuana, Bernard dan timnya sekaligus mendata keanekaragaman hayati sejak tahun 2020 sampai sekarang.

Dengan bantuan Yayasan Sintas, tahun ini timnya melakukan survei populasi dan preferensi satwa mangsa macan tutul supaya mendapat data akurat populasi dan persebarannya di Sanggabuana.

Sejak pertama masuk dan berkegiatan di Sanggabuana pada 2020, ia langsung menemukan jejak-jejak yang berlimpah, mulai dari kaisan (cakaran tanah), cakaran pohon, dan kotoran (feses) hingga foto macan tutul jawa yang ditembak pemburu. 

“Selanjutnya oleh masyarakat sering dimintai tolong untuk menangani konflik macan tutul di sekitaran Sanggabuana. Tahun 2021, waktu itu bareng Pak Dedi Mulyadi dan Ahmad Munawir, sekarang Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi Kemenhut sempat memasang camera trap untuk macan tutul,” ungkap pria kelahiran 1978 ini.

Saat melakukan survei populasi owa jawa bersama Kostrad dan Astra Otopart Group pada akhir tahun lalu, ia dan timnya sempat bertemu macan tutul secara visual. Dua tim masing masing bertemu berhadap-hadapan. 

“Tim saya hanya berjarak sekitar 6 meter. Dan satu tim lagi bertemu macan tutul yang sedang fokus menyerang lutung, hanya dalam jarak sekitar 3 meter. Manusia dan macan sama-sama kaget, sama-sama melarikan diri,” tuturnya.

Seperti halnya di Gunung Prau, jumlah pasti macan tutul di Sanggabuana masih menunggu sekitar enam bulan lagi, setelah survei populasi bersama Sintas menggunakan metode pemasangan camera trap dan analisa genetik dari feses selesai dilakukan.

“Tapi perkiraan dari rekaman camera trap yang kami pasang sebelumnya, dari 2021 sampai 2024, perkiraan sekitar 5 sampai 10 individu, Tapi dari perjumpaan langsung dan jejak ketika konflik banyak ditemukan individu baru anakan dan remaja. Ini sangat menggembirakan,” ungkap pendiri Sanggabuana Conservation Foundation dan Sanggabuana Wildlife Ranger.

Berbeda dengan di Gunung Prau, konflik sering terjadi di Sanggabuana. Rata-rata menyerang ternak domba dan kambing warga yang dipelihara, baik di kandang maupun yang diumbar di kebun dekat hutan, atau yang sengaja dipelihara di hutan. 

Namun, rata-rata konflik macan tutul di Sanggabuana tampaknya bukan karena kehabisan pakan sehingga satwa liar itu memangsa ternak warga. Konflik lebih banyak terjadi karena simulasi--induk yang sedang mengajari anak-anaknya berburu.

“Karena untuk belajar, kalau langsung ke satwa liar menyulitkan anak-anak atau macan tutul remaja, jadi oleh induknya digiring ke kawanan ternak masyarakat di hutan atau di pinggiran hutan,” tutupnya.

Bernard T. Wahyu Wiryanta dan aktivitasnya di hutan. | Foto: Dokumentasi pribadi

Optimisme dari Konservasi Macan Tutul Jawa

Java-Wide Leopard Survey (JWLS) adalah kegiatan survei macan tutul jawa yang merupakan kolaborasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Yayasan SINTAS Indonesia dan PT Djarum. Kegiatan ini diluncurkan pada 27 Februari 2024.
 
Survei menggunakan 600 kamera pengintai atau camera trap yang dipasang secara bergiliran dengan total target 1.160 stasiun kamera di 21 lokasi habitat.   

JWLS pun mengumpulkan sampel kotoran macan tutul jawa untuk mengetahui struktur populasi macan tutul jawa dan preferensi satwa mangsanya.

Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan macan tutul jawa agar tidak senasib dengan harimau jawa yang punah sejak 1980-an.

Macan tutul jawa dilindungi oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2024 yang merupakan perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 

Satwa yang termasuk dalam famili Felidae ini juga merupakan satwa terancam (endangered) di dalam Daftar Merah IUCN dan Apendiks I CITES yang dilarang untuk diperdagangkan secara internasional.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (kini menjadi Kementrian Kehutanan) memprediksi jumlah macan tutul jawa di alam sekira 350 individu dewasa. Populasinya terancam dalam dua dekade lalu akibat fragmentasi habitat.

Menurut Sandyakala Ning Tyas dari West Java Conservation Trust Fund (WJCTF), sebuah unit yang bekerja di bawah Yayasan Wanadri dan bertugas di Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK), berbeda dengan harimau, macan tutul bukan satwa yang frontal ketika merasa ada manusia di dekatnya satwa ini memilih menghindar.

Catatan konflik di alam terbuka pernah terjadi pada September 2022 di Cimanggung, pinggir kawasan TBMK. Pada waktu itu tiga warga Sumedang terluka diserang seekor macan kumbang. Namun, macan kumbang itu mati ditenggelamkan.

“Itu satu-satunya konflik macan-manusia yang kami catat, yang berada di alam terbuka. Walaupun bukan sepenuhnya di hutan ya, karena itu terjadi di kebun pinggir hutan,” ujar pria yang karib disapa Kang Echo ini ketika dihubungi Garda Animalia, Senin (14/3/2025).

Sejak bertugas pada 2016, Kang Echo sudah mendapatkan keberadaan macan tutul di TBMK melalui foto dan video. Waku itu suda ada konflik macan tutul dengan rusa.

Hampir di semua gunung di Jawa sepertinya paling tidak pernah ada macan tutul. Tapi apakah pernah mendengar berita konflik macan tutul dan manusia di gunung? Nyaris tidak pernah. 

“Senior kami pernah bilang, 1000 kali ke hutan belum tentu satu kali ketemu macan tutul. Tapi setiap ke hutan kita pasti bertemu lapar, haus, angin, hujan dan panas. Persiapkan saja untuk menghadapi itu semua, macan tutul jangan terlalu dipikirkan. Bagi macan tutul, manusia terlalu buas buat mereka, ” tutur Kang Echo.

Tags :
macan tutul jawa Panthera pardus melas survei populasi Java-Wide Leopard Survey
Writer: Irvan Sjafari
Pos Terbaru
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Berita
02/05/25
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Berita
02/05/25
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Berita
02/05/25
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Berita
30/04/25
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Berita
30/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Liputan Khusus
29/04/25
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Berita
29/04/25
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Berita
28/04/25
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Berita
28/04/25
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Berita
27/04/25
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Berita
26/04/25
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Berita
25/04/25
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Disebut Dapat ‘Bagian’ dari Perdagangan Sisik Trenggiling, Hakim Minta Kanit Polres Asahan Dipanggil
Berita
25/04/25
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Serka Yusuf dan Serda Dani Jemput 1,2 Ton Sisik Trenggiling dari Polres Asahan di Malam Hari
Berita
24/04/25
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Terdakwa Kasus 292,3 Kilogram Sisik Trenggiling Divonis Bebas!
Berita
24/04/25
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Penyelundupan Ratusan Reptil Ilegal Berhasil Digagalkan di Pelabuhan Bakauheni
Berita
23/04/25
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Muncul di Kuningan, BKSDA Sarankan Pengusiran Mandiri
Berita
22/04/25
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Niagakan 165 Kilogram Sisik Trenggiling, 1 Tersangka Ditangkap dan Lainnya dalam Pengejaran
Berita
21/04/25
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Berita
18/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Berita
18/04/25