[caption id="attachment_16186" align="aligncenter" width="1202"] Perburuan monyet ekor panjang. | Foto: Action for Primates[/caption]
Gardaanimalia.com - Mari mengenal primata non-manusia. Siapakah mereka? Dan apakah di antara kalian ada yang pernah bertemu dengannya?
Primata non-manusia (non human primate) merupakan kelompok mamalia yang terdiri dari simian (monyet dan kera), dan prosimian (kelompok primata sebelum kera, contohnya lemur, tarsius dan kukang).
Lebih jauh lagi, monyet dibagi menjadi dua subkelompok: Old world monkey yang berasal dari Afrika dan Asia, dan New world monkey yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.((https://ec.europa.eu/health/scientific_committees/opinions_layman/en/non-human-primates/l-2/1-use-eu.htm#:~:text=Non%2Dhuman%20primates%20are%20a,from%20Central%20and%20South%20America.))
Mereka adalah kerabat biologis terdekat manusia, memberikan pandangan wawasan tentang evolusi manusia, biologi, dan perilaku, serta berperan penting dalam mata pencaharian, budaya dan agama banyak masyarakat.((Alejandro Estrada, Paul A. Garber, Sidney Gouveia, Álvaro Fernández-Llamazares, Fernando Ascensão, Agustin Fuentes, Stephen T. Garnett, Christopher Shaffer, Júlio Bicca-Marques, Julia E. Fa, Kimberley Hockings, Sam Shanee, Steig Johnson, Glenn H. Shepard, Noga Shanee, Christopher D. Golden, Anaid Cárdenas-Navarrete, Dallas R. Levey, Ramesh Boonratana, Ricardo Dobrovolski, Abhishek Chaudhary, Jonah Ratsimbazafy, Jatna Supriatna, Inza Kone, Sylviane Volampeno, Global importance of Indigenous Peoples, their lands, and knowledge systems for saving the world’s primates from extinction, Science Advances, 8, 32, (2022)./doi/10.1126/sciadv.abn2927))
Namun sayangnya, banyak dari primata non-manusia dimanfaatkan untuk kebutuhan dan kesenangan dari manusia, mulai dari objek foto, peliharaan, hingga subjek percobaan penelitian.
Betapa mudahnya manusia yang berada pada tingkat trofik paling tinggi dan punya akal, menggunakan hewan-hewan yang pada dasarnya memiliki hak hidup bebas juga.
Manusia juga yang menyebabkan hutan yang merupakan rumah asli primata, dibabat habis atau dijadikan kebun dan pemenuhan kebutuhan manusia lainnya yang semakin membludak.
Untuk apa saja primata non-manusia dimanfaatkan?
Banyak. Demi cuan dan kesenangan misalnya. Seperti sektor pariwisata di Thailand menggunakan bayi owa (Hylobates spp.) dan kukang (Nycticebus spp.) sebagai properti foto, dan jenis monyet lainnya dimanfaatkan untuk pertunjukkan.((Osterberg, P. & Nekaris, K.A.I. 2015. The Use of Animals as Photo Props to Attract Tourist in Thailand: A Case Study of the Slow Loris Nycticebus spp.. TRAFFIC Bulletin Vol. 27 No. 1 (2015).)) Sementara di Indonesia, bayi-bayi primata dijadikan peliharaan, dimasukkan ke dalam kandang dan didandani layaknya boneka sendiri, kemudian diekspos melalui media sosial hanya untuk pamer dan mengikuti tren semata.((https://mojok.co/terminal/pelihara-primata-buat-pamer-di-medsos-nggak-semenyenangkan-itu/))((https://skhb.ipb.ac.id/tren-memelihara-satwa-primata-dan-pengaruhnya-terhadap-manusia-maupun-lingkungan/)) Belum lagi topeng monyet yang masih ditemukan pada beberapa titik tempat di Pulau Jawa seperti Tasikmalaya, Garut, dan Tulungagung. [caption id="attachment_16187" align="aligncenter" width="1149"]
Bagaimana nasib primata non-manusia saat ini?
Mengingat maraknya atraksi topeng monyet, tren pemeliharaan, serta tingginya permintaan terhadap primata untuk dijadikan percobaan, bisa dibayangkan bagaimana nasib mereka kini. Terlebih, jika kita melihat kondisi habitat satwa liar di Indonesia. Di mana luas hutan terus mengalami penurunan. Hilangnya habitat akibat deforestasi tersebut dinilai menjadi salah satu faktor pemicu terancamnya primata. Ini diperkuat dengan prediksi para peneliti bahwa pada tahun 2050 terdapat 30 spesies primata di Indonesia akan punah.((Condro, A.A.; Prasetyo, L.B.; Rushayati, S.B.; Santikayasa, I.P.; Iskandar, E. Predicting Hotspots and Prioritizing Protected Areas for Endangered Primate Species in Indonesia under Changing Climate. Biology 2021, 10, 154. https://doi.org/10.3390/biology10020154)) [caption id="attachment_16188" align="aligncenter" width="1508"]
Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Para peneliti memiliki beberapa gagasan, yaitu:- Meningkatkan kesejahteraan manusia; dengan menekan angka kelahiran, meningkatkan tingkat kesehatan manusia, meningkatkan inisiatif sustainable land-use. Hal-hal tersebut membutuhkan edukasi, pemikiran ulang dari para pemerintah, NGO, dan sektor swasta;
- Perbesar kawasan yang dilindungi;
- Memperkenalkan konsep land-sharing dan land-sparing;
- Menggunakan teknologi baru dan tradisional untuk monitoring kerentanan populasi primata;
- Mitigasi perdagangan ilegal;
- Reintroduksi dan proteksi hutan jangka panjang sebagai alat konservasi; dan
- Mengurangi urban footprint pada habitat primata; dilakukan dengan cara mengurangi permintaan terhadap kayu keras, mineral, bahan bakar fosil, dan hal lainnya yang dapat mengurangi tekanan habitat pada primata.