[caption id="attachment_12353" align="aligncenter" width="1024"] Gambar lahan hutan gambut lindung di Sungai Besar, sepanjang perjalanan di hutan di Riau di Hulu Sungai Serkap. | Foto: Will Rose/Greenpeace[/caption]
Gardaanimalia.com - Mungkin sampai saat ini beberapa orang masih mengenal lahan gambut sebagai lahan yang tidak produktif, sebab ia selalu tergenang air dengan tingkat keasaman yang relatif tinggi.
Namun di balik karakternya yang khas, rupanya lahan gambut memang memiliki “fungsi” yang tak kalah unik. Dengan kata lain, ia memiliki definisi "produktif" yang berbeda.
Gambut adalah salah satu jenis lahan basah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa pohon, rumput, lumut, dan jasad hewan yang telah membusuk, sehingga ia kaya akan materi organik.
Akumulasi berbagai bahan tersebut menumpuk selama ribuan tahun dan membentuk endapan yang tebal.((https://www.pantaugambut.id/pelajari/apa-itu-gambut/sejarah-terbentuknya-gambut))
Indonesia memiliki lahan gambut seluas 22,5 juta hektare. Angka ini mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan lahan gambut terbesar kedua di dunia, setelah Brazil dengan 31,1 juta hektare.
Sepuluh provinsi di Indonesia yang memiliki lahan gambut terluas adalah Papua (6,3 juta hektare), Kalimantan Tengah (2,7 hektare), Riau (2,2 juta hektare), Kalimantan Barat (1,8 juta hektare), Sumatera Selatan (1,7 juta hektare).
Selain itu, ada Papua Barat (1,3 juta hektare), Kalimantan Timur (0,9 juta hektare), serta Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan dengan 0,6 juta hektare.((https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/infografik/5e9a519433cb1/luas-gambut-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia))
Lantas, apa alasan yang menyebabkan lahan gambut memiliki peran penting dalam ekosistem?
Gambut sebagai Gudang Penyimpanan Karbon
Faktanya, lahan gambut adalah gudang penyimpan karbon yang luar biasa. Ia mampu menyimpan 30 persen karbon dunia atau 550 gigaton karbon, padahal luasnya di dunia hanya 3 persen luas daratan.((https://www.pantaugambut.id/pelajari/peran-penting-lahan-gambut/lahan-gambut-menjaga-perubahan-iklim)) Menghitung kemampuan penyimpanan karbon lahan gambut Indonesia, rupanya ia sanggup menyimpan sekitar 57 gigaton karbon atau 20 kali lipat karbon tanah mineral biasa. Semakin tebal gambut dalam suatu lokasi, maka kapasitas penyimpanan karbonnya juga akan semakin besar.((https://www.pantaugambut.id/pelajari/peran-penting-lahan-gambut/lahan-gambut-menjaga-perubahan-iklim)) Apa yang terjadi jika lahan gambut dihilangkan? Kemampuannya yang luar biasa dalam menyimpan karbon dapat menjadi bumerang jika lahan gambut akhirnya mendapat perlakukan yang memaksa ia menghilangkan karakternya. Ketika lahan gambut dikeringkan atau mengalami alih fungsi, simpanan karbon yang jumlahnya tidak sedikit itu akan lepas ke udara atau atmosfer. Karbon yang lepas ke udara, tentu akan berpengaruh besar terhadap perubahan iklim. Analisis dari WRI (World Resources Institute) menunjukkan bahwa mengeringkan satu hektare lahan gambut di wilayah tropis akan mengeluarkan rata-rata 55 mentrik ton CO2 setiap tahun, ini setara dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin.((https://www.pantaugambut.id/pelajari/peran-penting-lahan-gambut/lahan-gambut-menjaga-perubahan-iklim)) Anggapan bahwa lahan gambut merupakan lahan yang tidak produktif dapat dikatakan sebagai alasan mengapa sebagian pihak menginginkan lahan gambut dikeringkan dan dialihfungsikan. Padahal, jika lahan gambut sudah kering, ia akan rentan terbakar. Kondisi tanah gambut yang tidak padat karena berisi ranting, rumput, dan sisa pepohonan menyebabkan api cepat menyebar. Biasanya, meskipun sudah tampak padam di permukaan, api di lahan gambut lazim mampu bertahan berbulan-bulan di dalam lapisan tanahnya hingga kedalaman empat meter.((https://www.pantaugambut.id/pelajari/peran-penting-lahan-gambut/lahan-gambut-menjaga-perubahan-iklim)) Karena itulah, kebakaran di lahan gambut bukanlah sesuatu yang mudah untuk diatasi dan dapat menjadi bencana yang besar. [caption id="attachment_12354" align="aligncenter" width="792"]