[caption id="attachment_22046" align="aligncenter" width="1600"] Rumah jaga, bangunan di Pulau Denawan yang ditempati para ranger. | Foto: Donny Muslim/Garda Animalia[/caption]
Gardaanimalia.com - Sejumlah warga pesisir di Kecamatan Pulau Sembilan, Kotabaru, Kalimantan Selatan, terus berupaya menyelamatkan penyu dari ancaman kepunahan.
Meski terlihat enteng, banyak tantangan yang mereka hadapi. Misalnya, masalah perburuan telur, eksploitasi pasir pantai yang masih marak, dan perubahan iklim.
Jalan panjang pelestarian penyu di kawasan pulau terluar Kalimantan Selatan tersebut ditempuh Abdul Malik dan sejumlah warga lokal yang tergabung dalam gerakan Pemerhati Alam dan Maslahat Lingkungan (Pamali).
Sejak 2016, mereka bersama Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak menginisiasi konservasi terhadap satwa terancam punah itu di sebuah pulau bernama Denawan.
Pulau tidak berpenghuni itu terletak di seberang Pulau Marabatuan yang merupakan pusat dari Kecamatan Pulau Sembilan. Kawasan ini hanya ditinggali oleh beberapa petugas konservasi (ranger).
Secara bergantian, mereka [para ranger] mendiami rumah jaga untuk memantau proses pendaratan penyu dan menjaga pulau dari para pemburu.
[caption id="attachment_22049" align="aligncenter" width="1600"]
Penyu yang mendarat untuk bertelur di Pulau Denawan. | Foto: Donny Muslim/Garda Animalia[/caption]
Meski berdekatan dengan pusat kecamatan, akses menuju Pulau Denawan boleh dibilang sulit. Ketika mengunjungi pulau tersebut, saya harus menerjang gelombang setinggi 2-3 meter dengan hanya mengandalkan kapal mesin ala nelayan.
Namun, justru karena tidak berpenghuni dan akses menuju pulau yang terbilang sulit, menjadi alasan mengapa banyak penyu sering mendarat di kawasan ini.
Malik mengatakan, Pulau Denawan menjadi tempat langganan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas) untuk mendarat dan bertelur.
[caption id="attachment_22050" align="aligncenter" width="1600"]
Seorang ranger sedang memantau seekor penyu yang tengah bertelur. | Foto: Donny Muslim/Garda Animalia[/caption]
Kendati demikian, Malik juga menceritakan bahwa telur penyu di Denawan sebelumnya sempat jadi incaran warga-warga nakal.
"Dulu, banyak telur penyu diperjualbelikan dari pulau ini. Seiring program [konservasi] masuk, kondisi berangsur berubah," kenang Malik ketika berbincang dengan saya pada September 2023 lalu.
Aktivitas perdagangan telur penyu, misalnya, sempat dilakukan oleh masyarakat setempat di bawah koperasi bernama Pada Idi.
Koperasi ini memiliki hak kelola sebagian area Pulau Denawan dengan dokumen segel. Sebelum program konservasi datang, mereka kerap menjual telur hingga ke luar kawasan pesisir Pulau Sembilan.
Jagal Penyu dan Curi Telur
Hasanuddin, salah satu mantan pedagang telur penyu yang terafiliasi dengan Koperasi Pada Idi bercerita bahwa dirinya pernah menjual hingga ribuan butir telur penyu. Telur itu biasanya didistribusikan ke pusat Kabupaten Kotabaru menggunakan kapal perintis yang saban satu pekan mampir di kawasan Pulau Sembilan. Dari wilayah pulau, satu butir telur penyu dihargai 2.500 rupiah. Harga melonjak ketika barang sudah sampai ke kota-kota besar seperti Banjarmasin dan Kotabaru, bisa mencapai 5.000-10.000 rupiah. Meski status pengelolaan tanah di pulau tersebut dipegang sebagian oleh Pada Idi, Hasanuddin kerap melihat praktik perburuan juga dilakukan oleh warga sipil lainnya. Biasanya para pemburu mencomot telur langsung dari sarang-sarang di Pulau Denawan. Namun, tidak jarang mereka langsung membelah tubuh penyu ketika satwa tersebut di pantai. Aksi penjagalan penyu itu dilakukan pada sekitar pertengahan 2016 ketika pengelolaan konservasi baru akan dipegang penuh oleh Pamali. Masa transisi itu membuat kekosongan pengelolaan sehingga siapa saja bebas masuk ke Pulau Denawan. [caption id="attachment_22051" align="aligncenter" width="1600"]

Tantangan Eksploitasi Pasir dan Krisis Iklim
Praktik perburuan boleh jadi bisa diredam usai lembaga konservasi bergerak. Namun, upaya pelestarian yang dilakukan Pamali belakangan mendapat tantangan lain. Salah satunya adalah masalah eksploitasi pasir. Kawasan kiri dan kanan pantai Pulau Denawan kerap didatangi sejumlah warga lokal sejak beberapa tahun terakhir. Mereka mengeruk pasir pantai di kawasan setempat untuk kebutuhan pembangunan rumah pribadi. [caption id="attachment_22055" align="aligncenter" width="1600"]


Memperluas Dampak
Meski menghadapi sederet tantangan, upaya pelestarian yang dilakukan Pamali tidak berhenti di Denawan saja. Malik tengah mengupayakan agar gugusan pulau lain di Pulau Sembilan juga bisa menjadi wadah pendaratan yang aman bagi penyu. Salah satu pulau yang akan disasar adalah Pamalikan. Jarak tempuh dari pusat kecamatan ke pulau tersebut berkisar empat jam jika menaiki kapal nelayan. Malik menilai, Pamalikan merupakan wadah pendaratan penyu yang genting untuk dijaga. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut kerap dijamah pemburu penyu dan produk turunannya. Kabar terakhir pada Desember 2023, Pamali sudah melakukan pembersihan di kawasan pantai Pamalikan untuk memulai program konservasi di 2024. [caption id="attachment_22048" align="aligncenter" width="1600"]