[caption id="attachment_12864" align="aligncenter" width="705"] Gambar orangutan (Pongo). | Foto: BOS Foundation[/caption]
Gardaanimalia.com - Kera adalah satwa yang memiliki banyak kesamaan dengan manusia. Dalam wawancaranya bersama Wired, Dokter Tara Stoinski selaku Presiden, CEO, dan Kepala Scientific Officer di Dian Fossey Gorilla Fund menyebut hal serupa.
Ia mengatakan bahwa kera memiliki protoculture atau budaya perilaku yang diwariskan dan dipelajari dari satu generasi ke generasi selanjutnya seperti manusia.
Salah satu kera yang terkenal dengan kecerdasannya adalah orangutan (Pongo). Terdapat satu lelucon yang mengatakan jika kamu memberi obeng kepada simpanse, maka mereka akan merusaknya. Jika kamu memberikannya pada gorila mereka akan membuangnya.
Namun, jika kamu memberikannya pada orangutan, mereka akan membongkar semua benda yang ada di sana. Lelucon tersebut terdengar masuk akal saat kita mengetahui riset kemiripan DNA manusia dan orangutan mencapai 97%.
Satu lagi kesamaan antara manusia dan orangutan yaitu bersekolah. Ya, sejumlah orangutan juga pergi ke sekolah untuk belajar.
Melalui tulisan ini kita akan menelusuri Sekolah Hutan dan pusat rehabilitasi orangutan di Arboretum Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah yang dikelola oleh Borneo Orangutan Survival Foundation atau BOS Foundation.
Kehadiran BOS Foundation
Saat ini ada tiga jenis orangutan yang kita kenal yaitu orangutan kalimantan, orangutan sumatera, dan orangutan tapanuli. Meski habitat mereka tersebar, mereka memiliki peran penting bagi ekosistem hutan tropis. Orangutan bertugas sebagai seed dispersal yang akan memperkaya variasi vegetasi di hutan tropis, kekayaan vegetasi tersebut nantinya akan menyerap karbon dari atmosfer dan mengubahnya menjadi udara segar. Sayangnya, tingginya angka perdagangan liar terus mengurangi eksistensi orangutan di habitatnya secara signifikan. The IUCN Red List of Threatened Species mencatat, baik orangutan sumatera (Pongo abelii), orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) kini berstatus critically endangered atau terancam punah. Orangutan juga masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106 Tahun 2018. Hal itu pula yang melatarbelakangi BOS Foundation mendirikan pusat rehabilitasi Wanariset Samboja di Kalimantan Timur pada tahun 1991. Pusat rehabilitasi tersebut didirikan untuk menyelamatkan orangutan yang menjadi korban perdagangan ilegal dan menjadi cikal bakal sekolah orangutan yang ada saat ini. Sekolah Hutan di Arboretum Nyaru Menteng kini memiliki 300 ekor siswa orangutan. Di pusat rehabilitasi dan Sekolah Hutan tersebut para siswa yang diselamatkan dari berbagai kejadian buruk seperti perdagangan liar atau pemeliharaan ilegal. Di sana, mereka akan dirawat. Bentuk perawatannya pun beragam, mulai dari perawatan medis, pelajaran keterampilan alami, hingga persiapan ‘kelulusan’. [caption id="attachment_12865" align="aligncenter" width="746"]
Siswa Sekolah Hutan
Seperti sekolah favorit yang kita kenal, Sekolah Hutan Nyaru Menteng juga memiliki kualifikasi tertentu loh bagi calon siswa yang akan bersekolah. Siapa saja sih orangutan yang bisa jadi siswa di Sekolah Hutan? “Kami di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng menerima orangutan yang diselamatkan dari pembukaan lahan hutan, perburuan liar, atau perdagangan satwa liar ilegal,” jelas dokter Agus Fahroni, Koordinator tim medis di Nyaru Menteng. Dokter Agus melanjutkan bahwa kebanyakan orangutan tersebut adalah individu yang berhasil diselamatkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah. Selanjutnya, orangutan yang berhasil diselamatkan akan dibagi menjadi dua kategori yaitu anak orangutan dan orangutan dewasa. Anak atau bayi orangutan yang ditemukan dalam keadaan yatim piatu akan dikarantina terlebih dahulu sebelum masuk ke Sekolah Hutan. Karena tidak semua orangutan perlu bersekolah di Sekolah Hutan. Seperti misalnya, orangutan dewasa yang sudah mandiri dan masih menunjukkan perilaku liar. Mereka akan diobservasi terlebih dahulu maksimal enam bulan lamanya sebelum ditranslokasi ke hutan yang aman.Proses Belajar
Siswa yang sudah masuk ke Sekolah Hutan akan dilatih untuk mengembangkan keterampilan dan perilaku yang mendukung mereka bertahan hidup di alam liar sebagaimana mestinya. “Kami berharap agar semua orangutan yang masuk ke pusat-pusat rehabilitasi BOS Foundation yaitu Nyaru Menteng di Kalimantan Tengah dan Samboja Lestari di Kalimantan Timur, bisa memperoleh kesempatan hidup di alam liar, atau suaka dengan lingkungan berhutan yang mirip habitat asli mereka,” ujarnya. Ada banyak kegiatan yang menjadi kurikulum di Sekolah Hutan ini. Para siswa akan diajarkan keterampilan memanjat pohon, berkegiatan di ketinggian, membangun sarang, mencari makanan, serta mengenali predator. [caption id="attachment_12868" align="aligncenter" width="672"]