[caption id="attachment_12643" align="aligncenter" width="800"] Gambar burung gelatik jawa. | Foto: Indonesiascents[/caption]
Gardaanimalia.com - Nama gelatik jawa (Lonchura oryzivora) tentu sudah tidak asing di telinga kita. Burung kicau dengan nama inggris Javan Sparrow ini pada mulanya merupakan satwa endemik di Pulau Jawa, Bali, dan Madura.
Kemampuannya untuk beradaptasi hidup di sekitar manusia membuat persebaran satwa dilindungi ini semakin luas hingga menjangkau Pulau Sulawesi dan Maluku.
Bentuk fisiknya yang indah rupanya dijadikan alasan oleh banyak orang untuk menganggap satwa ini sebagai burung hias dan menjadikannya peliharaan.
Bentuk Fisik dan Tingkah Laku
Gelatik jawa pertama kali ditemukan pada tahun 1758 oleh Linnaeus. Satwa bertubuh mungil dengan panjang kurang lebih 15 cm ini secara alami hidup di pesisir pantai, hutan bakau, dan lahan terbuka bersama dengan kelompoknya. Sekelompok gelatik jawa membangun sarangnya sendiri di cabang-cabang pohon menggunakan rumput kering pada saat musim kawin yaitu Februari hingga Agustus. Kemudian, ketika hendak berebut tempat sarang, masing-masing dari mereka memberikan tanda dengan menggoyangkan badannya. Burung liar dilindungi ini terbilang cukup sulit untuk diidentifikasi mana betina dan mana jantan, terlebih lagi kebiasaannya yang sering hidup berpasangan. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, ada cara untuk membedakan jenis kelamin gelatik jawa yaitu dilihat dari ukuran tubuhnya. Sang jantan umumnya memiliki tubuh lebih besar dibandingkan dengan sang betina. Selain itu, tingkah laku sehari-hari mereka juga menunjukkan bahwa individu jantan lebih aktif dan dominan dibandingkan sang betina. Pun dari segi pola kicauannya, milik satwa jantan jauh lebih bervariasi sedangkan milik betina cenderung lebih monoton. Permukaan tubuh burung kecil ini dominan diselimuti oleh warna abu-abu muda dengan bagian perut berwarna cokelat kemerahan, kepala berwarna hitam, bawah mata berwarna putih, serta paruh dan lingkaran mata berwarna merah muda. Gelatik jawa memiliki ekor yang pendek dan paruh berbentuk tebal dan pendek. Endemik kicau satu ini biasa menggunakan paruhnya untuk memakan berbagai biji tanaman, terutama padi. Tak hanya itu, satwa dilindungi tersebut juga mengonsumsi biji sorgum, biji glagah, biji bayam, dan biji bambu. Sebuah penelitian menyebut bahwa gelatik jawa mulai beraktivitas antara pukul 05.45 hingga 06.05 pagi dengan berkicau sebelum mengawali aktivitasnya yang lain. Aktivitas satwa dilindungi tersebut akan berakhir pada pukul 17.50 hingga 18.05 yang mana berdekatan dengan waktu tidurnya.((https://issuu.com/perhutani/docs/duta_rimba_84_final_ok/s/11106220)) [caption id="attachment_12642" align="aligncenter" width="900"]