[caption id="attachment_12337" align="aligncenter" width="800"] Orangutan albino bernama Alba telah diselamatkan beberapa waktu lalu di Kalimantan Tengah. | Foto: Yayasan BOS[/caption]
Gardaanimalia.com - Selama ini kita tahu banyak faktor yang menyebabkan turunnya angka atau jumlah populasi satwa liar, khususnya satwa liar yang dilindungi di Indonesia.
Beberapa di antaranya yaitu disebabkan oleh perubahan iklim, deforestasi hutan, dan perburuan ilegal yang mendorong satwa liar menuju ambang kepunahan.
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lainnya yang berasal dari genetik yang terjadi pada satwa liar itu sendiri.
Inilah yang biasa disebut dengan mutasi yang mana juga dapat berdampak serius terhadap kematian dan menurunnya populasi satwa.
Apa itu mutasi?
Mutasi merupakan suatu fenomena berubahnya susunan DNA atau bahan genetik, baik pada tingkat gen maupun pada tingkat kromosom. Pada mutasi gen, muncul alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Lazimnya, mutasi hanya terjadi pada frekuensi rendah di alam, lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) dalam kajian genetik akibat mutasi disebut mutan. Sedangkan individu yang tidak mengalami perubahan sifat disebut tipe liar atau wild type.((Warmadewi, Dewi Ayu. 2017. Buku Ajar Mutasi Genetik.))Apa saja faktor yang dapat menyebabkan mutasi?
Mutasi biasanya disebabkan oleh zat pembangkit mutasi atau biasa disebut mutagen. Secara umum mutagen merupakan bahan fisika, kimia, atau biologi yang memiliki daya tembus kuat sehingga bisa mencapai materi genetis dalam inti sel. Mutagen ini dapat berupa zat karsinogen, radiasi surya, radioaktif, ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik seperti petir. Namun tidak hanya itu, perkawinan sedarah pada hewan sering kali juga menjadi sebab terjadinya kecacatan atau mutasi. Yang mana biasa terjadi akibat kurangnya alternatif pasangan kawin, baik di alam maupun penangkaran. Spesies dengan kekerabatan dekat atau sedarah cenderung memiliki komposisi genetik atau gen yang sama. Pada vertebrata (hewan bertulang belakang), fungsi tubuh sangat bergantung pada gen-gen agar dapat bekerja dengan baik. Salinan suatu gen dapat mengalami kerusakan dan apabila bertemu dengan salinan serupa melalui perkawinan sedarah, peluang terjadinya mutasi akan semakin besar hingga dapat mengganggu sistem kerja tubuh atau munculnya kelainan.((https://nationalgeographic.grid.id/read/131967261/mengapa-satwa-langka-rentan-punah-berikut-penjelasan-peneliti?page=all))Albinisme: Bentuk Nyata Mutasi pada Hewan
Pasti kita pernah mendengar istilah albino, sebelumnya. Ternyata albino tidak hanya bisa terjadi pada manusia, namun juga dengan hewan. Albino merupakan kelainan genetik yang menyebabkan suatu individu lahir dengan sedikit atau tanpa melanin. Melanin merupakan sel yang dihasilkan oleh sel melanosit yang berfungsi memberi warna pada mata, kulit dan rambut.((https://www.alodokter.com/albinisme)) Kurangnya pigmentasi ini terjadi ketika hewan tertentu mewarisi satu atau beberapa gen yang bermutasi dari induknya. Hewan yang lahir dengan albinisme akan terlihat berbeda dengan spesies sesamanya. Biasanya warna tubuh akan lebih putih atau pucat dan terlihat mencolok di dalam suatu populasi. Namun, tidak semua hewan yang berwarna putih merupakan albino. Salah satu cara mengenali hewan albino adalah ketika mata satwa tersebut memiliki kecenderungan berwarna pucat atau merah muda. Yang mana hal dikarenakan ada pembuluh darah yang tertahan di retina.((https://www.idntimes.com/science/discovery/etantyo-nathaniel/albino-pada-hewan-exp-c1c2/5)) Hewan albino kerap kali mengalami kondisi masalah kesehatan. Kurangnya melanin pada tubuh menyebabkan kurangnya pigmentasi pada iris mata sehingga pembuluh darah pada retina menjadi terlihat. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan berkurangnya kualitas indra penglihatan pada satwa tersebut. Akibatnya, hewan albino akan kesulitan untuk mencari makan, melacak hewan lain dan bereproduksi. Lebih lagi, kondisi tubuh seperti ini akan sulit untuk menghalangi sinar-ultraviolet matahari sehingga hewan rentan mengalami masalah kulit bahkan mengalami kanker kulit akibat terpapar UV dengan konsentrasi tinggi.((https://www.idntimes.com/science/discovery/etantyo-nathaniel/albino-pada-hewan-exp-c1c2/5)) [caption id="attachment_12336" align="aligncenter" width="768"]